Loading

Masjid Pathok Negara Dongkelan

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Group 22, Grouped objectMasjid Pathok Negara Dongkelan merupakan salah satu dari empat Masjid Pathok Negara Kasultanan Yogyakarta di bawah tanggung jawab abdi dalem pathok nagara yang dibangun dan dimiliki oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Keempat masjid pathok negara secara konseptual berada di lokasi empat arah mata angin: Plosokuning di utara, Babadan di timur, Dongkelan di selatan, dan Mlangi di Barat. Keberadaan dan posisi keletakkan masjid pathok negara dimaknai sebagai penanda batas antara wilayah Kuthanegara dan wilayah Nagaragung dalam konsep tata letak keruangan wilayah kerajaan, sekaligus penerapan strategi pertahanan non-fisik wilayah kerajaan di luar benteng kraton. 

Masjid Pathok Negara Dongkelan menerapkan gaya arsitektur tradisional Jawa dengan konstruksi kayu dan pasangan bata memiliki denah berbentuk bujur sangkar, berukuran 9,1 m x 9 m dengan bentuk atap berupa tajuk tumpang dua terdiri atas atap brunjung dan penanggap dengan bahan penutup atap genteng vlam dan terdapat mustaka berbentuk gada dan sulur daun pada puncak brunjung, Konstruksi atap ditopang oleh empat saka guru yang di atasnya terdapat tumpeng sari menopang atap brunjung berbentuk limas, terdiri atas empat kejen berbentuk segitiga dan atap penanggap yang terdiri dari empat empyak berbentuk trapesium. Atap penanggap ditumpu oleh dinding tembok masjid yang terbuat dari pasangan bata berplester dan dicat.  

Dinding utara, barat, dan timur masing-masing memiliki dua jendela. Terdapat tiga pintu masuk pada dinding sisi timur bangunan utama masjid. Satu pintu masing-masing di sisi utara untuk menuju ke pabongan dan sisi selatan sebagai akses menuju ruangan pawèstrèn. Lantai bangunan dari bahan marmer ukuran 30 cm x 30 cm, plafon dari papan kayu jati di atas usuk di bawah reng. Bagian pawèstrèn dan pabongan berukuran masing-masing 2,4 m x 9 m. Menggunakan atap emper dari bangunan utama serta lantai menggunakan marmer yang sama dengan bangunan utama.  

Bangunan Cagar Budaya Masjid Pathok Negara Dongkelan memiliki ciri khas gaya arsitektur masjid tradisional Jawa. Memiliki kesamaan tata ruang dengan Masjid Gedhe Kraton Yogyakarta meskipun kelengkapan komponen bangunan masjid yang sudah banyak berubah. 

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Islam
Alamat : Kauman, Dongkelan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.823673° S, 110.350881° E

SK Gubernur : SK GUB DIY 25/KEP/2022
SK Walikota/Bupati : SK Bupati Bantul No 604/2018


Lokasi Masjid Pathok Negara Dongkelan di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Deskripsi Jendela : Di sisi kanan dan kiri mihrab terdapat masing-masing sebuah jendela dengan dua daun jendela berteralis kayu. Atap ruang utama masjid berbentuk tumpang satu yang ditutup dengan mustaka berbentuk gada bersulur. Langit-langit masjid dibagi menjadi empat bidang, masing-masing dihias dengan padma yang dikelilingi empat pasang tombak rangkap. Batas antara tumpang pertama dan kedua dipasangi ventilasi kaca berjumlah dua belas buah.
Deskripsi Pintu : Di sebelah utara dan selatan ruang utama terdapat pawestren yang saat ini tidak lagi digunakan untuk sholat melainkan difungsikan untuk gudang. Lantai pawestren lebih rendah daripada lantai ruang utama masjid. Pintu menuju pawestren dari ruang utama masjid berjumlah dua buah. Pintu sisi barat terbuka tanpa daun pintu dan berbentuk melengkung atau semi-circular. Pintu di sisi timur berdaun dua dan berbentuk persegi panjang. Di antara dua pintu pawestren terdapat satu jendela berdaun dua dengan teralis kayu.
Deskripsi Atap : Atap serambi Masjid Pathok Negara Dongkelan berbentuk limasan. Serambi ditopang oleh delapan buah tiang yang didirikan di atas umpak batu andesit berpola hias padma ganda. Di serambi terdapat bedug kayu nangka yang dibuat tahun 1901 dan direhab pada tanggal 1 Januari 2004. Saat ini bedug masih difungsikan.
Tokoh : Kyai Syihabuddin
Peristiwa Sejarah : Masjid Pathok Negara Dongkelan didirikan oleh Kyai Syihabuddin atas perintah Sultan Hamengku Buwana I (1755–1792) di dalam wilayah desa perdikan. Pada masa kemudian, masjid ini terkait dengan tokoh Pangeran Diponegoro sebagai salah satu tempat yang didatangi sebagai santri untuk menuntut ilmu Agama Islam pada periode usia muda. Selain masjid kerajaan yang berada di pusat kota, Kraton Yogyakarta juga memiliki empat masjid lain yang disebut dengan masjid-masjid pathok negara, yaitu masjid kagungan dalem di wilayah nagaragung. Keberadaan masjid ini selain berfungsi religius sebagai tempat ibadah sekaligus pusat pendidikan Agama Islam (pesantren), keberadaannya juga berfungsi sebagai tempat pertahanan rakyat dalam tata ruang wilayah kerajaan. Di lokasi tempat masjid itu berdiri, pada awalnya merupakan daerah mutihan yang bersifat perdikan (wilayah yang bebas dari pajak, namun penduduk di wilayah tersebut harus melakukan suatu pekerjaan tertentu). Pengelolaan di keempat masjid tersebut diserahkan kepada suatu kelompok tertentu yaitu abdi dalem pathok nagara. Sebutan Pathok Nagara pada dinas urusan agama di keraton (disebut Rèh Kawedanan Pangulon Kraton Ngayogyakarta) merupakan jabatan empat abdi dalem sebagai pembantu seorang Penghulu Hakim di dalam lembaga hukum di lingkungan keraton yang disebut Pengadilan Surambi (Hukum Dalem ing Surambi). Abdi dalem pathok nagara sebagai bagian dari Kawedanan Pangulon Kasultanan Yogyakarta, oleh sultan ditempatkan di empat lokasi, yaitu di Mlangi Kabupaten Sleman (barat), Plosokuning Kabupaten Sleman (utara), Babadan Kabupaten Bantul (timur), dan Dongkelan Kabupaten Bantul (selatan). Di tempat-tempat itulah abdi dalem pathok nagara bertanggungjawab atas kehidupan keagamaan masyarakat dan kemakmuran masjid milik raja (masjid kagungan dalem) yang dikelolanya. Walaupun jumlah masjid kagungan dalem di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sekitar 78 bangunan, namun hanya di keempat masjid tersebut yang ditangani langsung oleh abdi dalem pathok nagara. Dalam pengelolaannya abdi dalem tersebut di bantu oleh khotib, muadzin, dan ulu-ulu (saat ini dilengkapi dengan kepengurusan ta’mir). 
Riwayat Pelestarian : Tahun 1901 pemugaran dengan penggantian mustaka tanah liat asli dengan mustaka yang terbuat dari seng berbentuk gada, sulur, dan daun. Mustaka tanah liat kini disimpan di rumah Kyai Komari.  Tahun 1948 Masjid dipugar kembali untuk menambahkan serambi yang semula hanya berupa selasar bangunan. Tahun 2002–2003 Dinas Kebudayaan DIY melakukan pemugaran bangunan Induk, pawèstrèn, pabongan, serambi dan bangunan pawudon serta penataan halaman. Tahun 2015 rehabilitasi oleh Dinas Kebudayaan DIY pada bangunan induk, serambi, bangunan sisi selatan (pawèstrèn), bangunan sisi utara (pabongan), dan bangunan menara air. Penggantian genting bubungan, genting, dan sebagian rangka atap, penggantian talang air hujan. Pengecatan dan perbaikan/pemasangan instalasi listrik dilakukan di semua unit bangunan. Penggantian lantai serambi dari lantai keramik menjadi tegel warna ukuran 20 x 20 cm. 
Riwayat Pemugaran :
Nilai Sejarah :
Nilai Agama :
Nilai Budaya : Bangunan Cagar Budaya Masjid Pathok Negara Dongkelan merupakan salah satu komponen utama tata ruang Kraton Yogyakarta dalam fungsi ketahanan religius (tempat ibadah sekaligus pusat pendidikan Agama Islam) serta fungsi strategi pertahanan wilayah kerajaan di luar benteng Kraton. 
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Keraton Kasultanan Yogyakarta
Pengelolaan
Nama Pengelola : Burhanudin, keturunan ketujuh dari Kyai Syihabudin pendiri Masjid Path
Catatan Khusus : Koordinat SK : 49 M 428429.00 m E; 9135129.00 m S