Loading

Masuk Jogjacagar


Deskripsi Singkat

Situs Islam 1 M 1500 M (1613)

Belum adanya rehabilitasi dari pemerintah terhadap komplek makam ini,
padahal peziarah sering menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk
berziarah. Pada beberapa titik tembok di sebelah barat telah mengalami
kerusakan akibat gempa dan hingga sekarang belum ada perbaikan ataupun
rehabilitasi.

Kompleks Makam Giriloyo terletak di Dusun Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Kompleks makam ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung pada tahun 1613-1645 Masehi. Kompleks makam tersebut diawasi oleh Panembahan Juminah paman dari Sultan Agung. Pada awalanya Kompleks Makam Giriloyo oleh Sultan Agung diperuntukkan bagi Sultan Agung sendiri dan keluarganya. Namun Karena Panembahan Juminah meninggal terlebih dahulu dan dimakamkan di kompleks makam tersebut. Oleh Karena itu, Sultan Agung menyiapkan makam lain yakni Makam Pajimatan Imogiri. Selain itu alasan Sultan Agung memindah lokasi makam keluarga raja ke Pajimatan Imogiri Karena Bukit Giriloyo dianggap terlalu sempit untuk kompleks pemakaman Sultan Agung dan Keluarga. 

Kompleks Makam Giriloyo berada di puncak bukit sehingga untuk mencapai kompleks makam tersebut harus melalui tangga naik dari semen yang cukup tinggi. Sebelum mencapai kompleks makam disebelah barat terdapat masjid yang masih menunjukkan gaya arsitektur kuno.  
Kompleks Makam Giriloyo dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

a. Makam Sayap kiri (barat), merupakan makam yang paling tinggi di kompleks Makam Giriloyo. Makam ini dikelilingi oleh tembok setinggi kurang lebih 1,5 meter dengan pintu masuk berbentuk gapura paduraksa. Pada setiap sudut tembok keliling terdapat pilar-pilar yang disusun dari batu putih tanpa semen. Sedangkan diatas gapura paduraksa terdapat bentuk lambang sangga buwana (menyangga bumi) dan dihiasi dengan tulisan Arab yang berbunyi la illaha illallah dan kalimat syahadat. Tokoh besar yang dimakamkan di makam sayap kiri (barat) ini antara lain: Kanjeng Ratu Pambayun (Istri Amangkurat), Kanjeng Ratu Mas Hadi (Ibu Sultan Agung), Kanjeng Panembahan Juminah (Paman Sultan Agung), Pangeran Mertosono, dan Pangeran Haryo Martono. Secara keseluruhan kondisi makam di sayap kiri ini cukup baik dan terawatt. 

b. Makam sayap kanan (timur), makam ini juga dikelilingi tembok keliling setinggi 75 cm yang terbuat dari susunan bata. Adapun tokoh yang dimakamkan di makam sayap kanan ini adalah Panembahan Giriloyo (Sultan Cirebon V), Kyai Ageng Giring, dan Kyai Ageng Sentong. Dinamakan Sultan Cirebon Karena beliau merupakan ahli waris dari Sunan Gunungjati selain memiliki nama lain Sultan Cirebon, Panembahan Giriloyo juga memiliki nama lain Syeh Abdul Karim. Makam berada di dalam tembok kelilin berukuran sekitar 4 x 4 meter. 

c. Makam-makam yang berada di luar sayap kanan dan sayap kiri. Adapun tokoh-tokoh yang di makamkan yaitu: Wiro Guno, Raden Ayu Nerang Kusumo, Kyai Juru Wiro Probho, Tumenggung Hanggo Bahu, dan para prajurit.


Referensi:

  • Tim Penyusun. 2009. Ensiklopedi Kotagede. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
  • Papan informasi Situs. Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.


Informasi Cagar Budaya

Lokasi Situs : Cengkehan Jl. Giriloyo Kel. Wukirsari Kec. Imogiri Kab. Bantul Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
SK Menteri : Per. Menbudpar. No. PM.89/PW.0 2011-10-17
SK Gubernur : Keputusan Gubernur DIY Nomor 3

Lokasi Makam Girilaya


Koordinat Penemuan : ;
Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Fungsi Bangunan : Penguburan
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tema : Religi/Keagamaan
Fungsi Situs : Penguburan
Jumlah WBCB : Pada kompleks makam giriloyo terdapat tiga kelompok makam, yaitu pada makam sayap kiri dan makam sayap kanan, serta makam yang berada disekitaran luar tembok makam.
Fungsi : Penguburan
Tokoh : Tokoh yang dimakamkan di Kompleks ini antara lain adalah Pangeran Juminah, Kanjeng Ratu Mas Hadi (Ibu Sultan Agung), Ratu Pembayun (Istri Amangkurat I), dan Sultan Cirebon V (Panembahan Giriloyo) yang terletak pada kelompok makam sayap kanan pada bukit Giriloyo
Peristiwa Sejarah : Sultan Cirebon V yang dimakamkan pada bukit ini dikarenakan perintah darisunan Amangkurat I sebagai penguasa Mataram yang kecewa dengan SultanCirebon V karena kalah dalam perang melawan Banten (Perang Paregreg)tahun 1650. Sebagai hukumannya Sunan Amangkurat I memerintahkanuntuk memakamkan Sultan Cirebon V pada bukit Giriloyo tersebut.Makam Giriloyo mulai dibangun pada tahun 1629 M, pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1646). Pembangunan makam dipimpin oleh salah seorang paman Sultan Agung, yaitu Pangeran Juminah. Menurut rencana, makam ini akan digunakan untuk makam Sultan Agung beserta keluarganya. Akan tetapi rencana tersebut dibatalkan karena Bukit Giriloyo terlalu sempit dan juga karena Pangeran Juminah wafat dan dimakamkan terlebih dahulu di tempat tersebut. Oleh karena itu, Sultan Agung kemudian mencari alternatif tempat lain di Gunung Merak yang terletak di sebelah selatan Makam Giriloyo. Di dalam Babad ing Sangkala menyebutkan “…jalmi sami atata tunggal (1551 Çaka / 1629 M) warsanipun ambangun ing Girilaya rinarengga pakuburan prameswari astana rinarengga…”. Sedangkan sumber lain yaitu Babad Momana menyebutkan “…angka taun 1553 Jawa tahun Wawu, awit yasa antakapura ing Girilaya ingkang Ngundhageni Panembahan Juminah, lajeng seda sumare ing ngriku…”.
Konteks : Makam Giriloyo merupakan makam yang dibangunan untuk pemakamandari Sultan Agung. Namun, dikarenakan beberapa hal: 1) Bukit Giriloyo dianggap terlalu sempit untuk kompleks pemakaman Sultan Agung danKeluarganya; 2) Pangeran Juminah sebagai paman Sultan Agung yangpertama kali dimakamkan di bukit Giriloyo, sehingga Sultan Agung merasakecewa dan mencari lokasi lain; 3) Pembangunan Makam di Imogiri olehSultan Agung dimaksudkan untuk mewujudkan tanda-tanda kebesaranraja.
Nilai Sejarah : Makam Giriloyo memberikan informasi yang berkaitan dengan Keraton Mataram Islam masa pemerintahan Sultan Agung yang berkedudukan di Kerto.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Merupakan bukti arkeologis dan arsitektur makam dalam tata ruang kota Islam kuno kaitannya dengan Keraton Mataram Islam.Makam Giriloyo termasuk tipologi makam Islam pada masa Mataram Islam.
Nilai Pendidikan : Memberikan informasi kepada peserta didik tentang sejarah Mataram Islam, teknologi pembangunan makam dan perilaku berziarah masyarakat Jawa.
Nilai Budaya : Memberikan informasi tentang tradisi penggunaan sengkalan untuk menandai peristiwa penting atau angka tahun yang sudah ada dalam masyarakat Jawa.Memberikan informasi tentang masih adanya kepercayaan masyarakat Jawa terhadap hal-hal yang bersifat mistis.
Nilai Ekonomi : Makam Giriloyo saat ini dimanfaatkan masyarakat untuk wisata religi dan ritual.
Nama Pemilik Terakhir : Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta
Alamat Pemilik : Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta
Riwayat Pengelolaan
Nama Pengelola : Abdi Dalem Surakarta dan Abdi Dalem Yogyakarta
Alamat Pengelola : Dsn. Cengkehan RT 02 dan Dsn Pajimatan
Catatan Khusus : Kompleks Makam Giriloyo dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: a. Makam Sayap kiri (barat), merupakan makam yang paling tinggi di kompleks Makam Giriloyo. Makam ini dikelilingi oleh tembok setinggi kurang lebih 1,5 meter dengan pintu masuk berbentuk gapura paduraksa; b. Makam sayap kanan (timur), makam ini juga dikelilingi tembok keliling setinggi 75 cm yang terbuat dari susunan bata. Adapun tokoh yang dimakamkan di makam sayap kanan ini adalah Panembahan Giriloyo (Sultan Cirebon V), Kayai Ageng Giring, dan Kyai Ageng Sentong; c. Makam-makam yang berada di luar sayap kanan dan sayap kiri. Adapun tokoh-tokoh yang di makamkan yaitu: Wiro Guno, Raden Ayu Nerang Kusumo, Kyai Juru Wiro Probho, Tumenggung Hanggo Bahu, dan para parjurit.