Loading

Deskripsi Singkat

Bentuk Tugu Pal Putih ini merupakan benda buatan manusia berunsur tunggal dan tidak bergerak. Benda ini merupakan salah satu komponen Kraton Yogyakarta yang berada di perempatan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Marga Utama (Margatama), Jalan Diponegoro, dan Jalan A.M Sangaji yang terletak 2,5 km di utara Kompleks Keraton Yogyakarta. Keberadaannya menjadi penanda ruang yang menegaskan konsep Sumbu Filosofi Kraton Yogyakarta. 

Bentuk bagian bawah tugu berupa empat lapis dasar berundak. Pada bagian atas undak ini terdapat empat buah inskripsi pada keempat sisinya:  

1) Inskripsi sisi utara bertuliskan:  
pakaryanipun  
sinambadan 
patih Dalem 
Kangjeng Raden Adipati  
Danureja Ingkang Kaping V. 
kaundhagen dening 
Tuwan Y.P.F   
van Brussel  
opsihter waterstaat  

Terjemahan: “Pelaksanaan pekerjaan dibiayai oleh Patih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danureja V. Sebagai perancang Tuan J.P.F van Brussel, Kepala Dinas Pengairan”. 

2) Inskripsi sisi barat bertuliskan:  
yasan Dalem 
Hingkang Sinuhun 
Kangjeng Sultan  
Hamengku Buwana 
Hingkang Kaping VII  

Terjemahan “Dibangun oleh Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana ke -7”.  

3) Inskripsi sisi selatan terdapat lambang inisial “HB VII” dikelilingi padi dan kapas dengan bentuk mahkota di bagian atasnya. Pada bagian bawah lambang tersebut terdapat kronogram candra sengkala:  
“wiwara harja manggala praja“ 
kaping 7 sapar alip  
1819 

Terjemahan: “Wiwara Harja Manggala Praja”, tanggal 7 Sapar, Alip 1819  

merupakan sengkalan lamba: berarti Wiwara = 9; Harja = 1; Manggala = 8; dan Praja = 1 menunjukkan angka 1819 yang merupakan angka tahun Jawa saat peresmian tugu. Tanggal tersebut sama dengan 3 Oktober 1889. 

4) Inskripsi sisi timur:  
hingkang mangayubagya  
karsa Dalem  
Kangjeng Tuwan Residen  
Y. Mullemester  

Terjemahan: ”yang menyambut baik kehendak sultan, Tuan Residen J. Mullemeister” 

Tugu Pal Putih Yogyakarta merupakan salah satu komponen Kraton Yogyakarta yang berjarak 2 km dari Alun-Alun Utara. Benda ini merupakan salah satu komponen yang menyimbolkan konsep filosofis tata ruang yang berkaitan baik dengan kompleks Kraton Yogyakarta maupun Kota Yogyakarta.  

Tugu Pal Putih Yogyakarta merupakan salah satu komponen kunci pembentukan Kraton Yogyakarta yang wujud materi dan tata letaknya didasarkan pada prinsip kosmologi Jawa. Tata letak tersebut membentuk sumbu imajiner utara-selatan yang menjadi ciri khas kota Yogyakarta yaitu pola tata letak kota yang melintang utara-selatan serta pola orientasi jaringan jalan yang mengarah ke penjuru mata angin yang berpotongan tegak lurus. Pola ini diperkuat dengan keberadaan poros utara-selatan dengan bangunan keraton sebagai titik tengahnya. “Poros” tersebut diwujudkan dalam bentuk rangkaian Tugu (Pal Putih) ke selatan berupa Jalan Marga Utama (Margatama), Jalan Malioboro, Jalan Marga Utama (Margatama), Jalan Pangurakan, kompleks keraton, Jalan D.I. Panjaitan (Jalan Gebayanan), dan berakhir di Panggung Krapyak. Jika dari Tugu diteruskan ke utara akan sampai pada Gunung Merapi, sedangkan jika bangunan Panggung Krapyak diteruskan ke selatan akan sampai di Samudera Hindia (Laut Selatan).

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Tahun : 1755
Nama Lainnya : Tugu Golong Gilig, Tugu Yogyakarta
Alamat : Jalan Jendral Sudirman Perempatan Jl. Jend, Sudirman, Jl. A.M. Sangaji, Jl.Margatama, dan Jl. Diponegoro, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.78267° S, 110.36708° E

SK Menteri : PM.89/PW.007/MKP/2007Per. Menbudpar. No. PM25/PW.00
SK Gubernur : SK GUB DIY 21/KEP/2020


Lokasi Tugu Pal Putih di Peta

Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar -
Tinggi -
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Bentuk Tugu saat ini merupakan monumen yang menggantikan bentuk Tugu Golong Gilig yang rusak karena gempa bumi yang terjadi pada 10 Juni tahun 1867. Renovasi tugu ini pasca gempa dilakukan oleh pihak Belanda dan diresmikan oleh Hamengku Buwana VII pada tanggal 3 Oktober 1889. Bentuk yang baru ini berbeda sama sekali dengan bentuk Tugu Golong Gilig sebelumnya, baik bentuk, ornamen, maupun ukurannya. Dalam bahasa Belanda tugu ini dikenal dengan nama witte paal oleh karena itu, hingga sekarang tugu ini disebut pula  sebagai Tugu Pal Putih. Bentuk awal monumen yang berupa Tugu Golong Gilig merupakan monumen yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwana I. Tugu ini dibangun pada tahun 1756 setelah perjanjian Gianti (13 Februari 1755) dengan tinggi 25 meter dan terbuat dari bata diplester.  Bentuk Tugu Golong Gilig adalah monumen silinder tanpa hiasan yang mengerucut ke atas serta terdapat bentuk bola di puncaknya. Penamaannya berasal dari istilah bentuk komponen tugu dalam bahasa Jawa. Golong adalah bentuk bola bundar, gilig adalah bentuk silinder. Fungsi awal dari Tugu Golong Gilig ini adalah titik pandang (point of view) sultan ketika duduk bermeditasi di singgasana Bangsal Manguntur Tangkil, Siti Hinggil. Pada tahun 2018 dilakukan pemugaran berupa pengecatan ulang dan pendirian taman diorama di sudut tenggara perempatan jalan tempat keberadaan tugu ini. Diorama tersebut menggambarkan maket hubungan keberadaan dan keletakan Tugu-Kompleks Keraton-Panggung Krapyak sebagai satu kesatuan dalam konsep sumbu filosofis kota Yogyakarta. Pada area diorama tersebut dibangun pula model bentuk awal Tugu Pal Putih Yogyakarta ini yang berupa Tugu Golong Gilig setinggi 4 m, lebar 0,5 m (skala kecil dari ukuran asli tugu setinggi 25 m).
Nilai Sejarah : Keberadaan tugu ini sebagai penanda bahwa di lokasi yang sama pernah berdiri tugu Golong Gilig yang roboh karena gempa besar pada tanggal 10 Juni 1867.
Nilai Budaya : Benda Cagar Budaya Tugu Pal Putih Yogyakarta merupakan salah satu tinggalan arkeologis sebagai komponen yang sangat penting dari konsep Sumbu Filosofi Kraton Yogyakarta.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Pengelolaan
Nama Pengelola : Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat