Loading

Makam Ki Hajar dan Nyi Hajar Dewantara

Status : Situs Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Situs Cagar Budaya Taman Wijaya Brata merupakan situs tempat dimakamkannya Ki Hadjar Dewantara dan istrinya, Nyi Hadjar Dewantara. Di dalam kompleks ini juga terdapat 217 nisan yang merupakan kerabat dekat Ki Hadjar Dewantara dan keluarga Tamansiswa serta tokoh-tokoh nasional bangsa Indonesia, di antaranya adalah : 

1. Ki Sarmidi Mangunsarkoro (Pejuang kemerdekaan dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran thn 1949-1950) 

2. Dr. Ki Sarino Mangunpranoto ( Pejuang kemerdekaan , Menteri Pendidikan dan Pengajaran dalam kabinet Ali Sastroamidjojo II tahun 1956 – 1957, 1966 dalam kabinet Dwikora, dan 1966-1967 dalam kabinet Ampera) 

3. Ki Soegondo Djojoposespito ( Menteri Pembangnan Masyarakat dalam kabinet Halim tahun 1950) 

4. Dr. Soekiman Wirjosandjojo ( Perintis kemerdekaan, Menteri Dalam Negeri kabinet Hatta tahun 1948, dan anggota delegasi KMB di Belanda) 

5. Sadjarwo, S.H. ( Menteri Pertanian kabinet Ali  dan Halim, Menteri Agraria kabinet Karya, dan Menko Pertanian dan Agraria kabinet Dwikora) 

Wijaya Brata terbagi menjadi 6 blok yang ditandai dengan huruf abjad, yakni A-F : 

1. Blok A merupakan makam inti yakni Makam Ki Hajar Dewantoro, Nyi Hajar Dewantoro, dan anaknya.  

2. Blok B merupakan  makam keluarga inti 

3. Blok C merupakan makam para pamong pemegang pemerintahan 

4. Blok D saat ini masih berupa lahan kosong 

5. Blok E merupakan makam guru-guru Perguruan Tamansiswa dan sebagian pamong 

6. Blok F berisi makam guru dan keluarga 

Taman Wijaya Brata mengandung makna sebagai tempat pasarean langgeng atau persemayaman abadi bagi para pejuang yang telah menunjukan kejayaan atau “wijaya” memperoleh kemenangan setelah melampaui masa penderitaan, keprihatinan, “tapa brata” berjuang berhadapan dengan penjajahan bangsa asing mencapai Indonesia Merdeka. Selain itu, makam ini merupakan salah satu makam khusus yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Taman Wijaya Brata dipagari dengan tembok bata pada sisi selatan, barat dan timur setinggi 1,5 m. Pada bagian depan atau sisi timur terdapat pagar dan gerbang masuk. Gerbang makam berukuran lebar 3 m dan tinggi 2,50 m, pada bagian atas terdapat hiasan lambang Taman Siswa, yaitu stilirisasi burung terbang dengan sayap terentang penuh menukik ke bawah. Pada ujung kepala burung terdapat tulisan Taman Wijaya Brata. Pintu gerbang terbuat dari besi dilapisi oleh cat berwarna hijau. Pagar yang terdapat di sisi kanan dan kiri gerbang terdapat lubang angin-angin dengan lebar 0,80 m dan tinggi 3 m. Pada masing-masing lubang angin-angin terdapat pintu alternatif untuk keluar masuk pengunjung pada acara tidak resmi. Kedua pintu tersebut berukuran lebar 0,80 m, tinggi 0,90 m dengan daun pintu dari besi yang mudah dibuka tutup. 

Di samping kanan depan pintu gerbang terdapat prasasti peresmian pemugaran makam Taman Wijaya Brata yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Dr. Daoed Yoesoef. Peresmian makam tersebut dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 1980 di Yogyakarta. 

Di sebelah barat pintu gerbang terdapat bangunan yang menyatu dengan gapura, berukuran panjang 4,70 m dan lebar 4,70 m. Bangunan tersebut berbentuk teras yang ditutupi dengan atap sirap. Bangunan disebut dengan “pengrantunan”, yaitu tempat untuk menanti atau menunggu. Bangunan tersebut berfungsi untuk menunggu kedatangan jenazah, mempersiapkan upacara pemakaman, dan untuk menempatkan jenazah bila keadaan hujan. 

Pada dinding sisi barat setinggi 1,5 m terdapat candra sengkala berbunyi “Rinaras Trus Basukining Wiji” (1895 J). Candra sengkala ini merupakan tanda peresmian pembangunan makam keluarga Tamansiswa pada tahun 1963. 

Makam Ki dan Nyi Hadjar Dewantara 

Khusus untuk makam Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara berada di atas batur berbentuk persegi delapan dengan ukuran panjang 10 m, lebar 8 m dan tinggi 0,8 m. Untuk melukiskan bahwa makam Ki Hadjar Dewantara dapat dicapai dari segala arah, batur makam diberi lima tangga. Kelima tangga tersebut terletak di sisi selatan dua tangga, sisi barat dan timur satu tangga dan sisi utara satu tangga yang dibuat hanya simbolis saja. Kelima tangga tersebut melambangkan Pancasila dan Pancadarma. Pada bagian sisi selatannya terdapat tempat untuk meletakkan karangan bunga berbentuk Kelir Pewayangan yang menggambarkan pergelaran hidup kemasyarakatan dari cita-cita Ki Hadjar Dewantara bertuliskan Tut Wuri Handayani. Keliling dari dinding batur terdapat relief berjumlah dua puluh dua yang menggambarkan perjalanan hidup dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara dimulai sejak kanak-kanak hingga wafat. Relief tersebut dibaca dengan cara mengelilingi batur searah jarum jam.  

Atas pesan Ki dan Nyi Hadjar Dewantara juga, bahwa disamping makam Ki dan Nyi Hadjar Dewantara tersedia makam untuk kedua putra dan putrinya, yaitu Ni Asti Wandansari (putri sulung) terletak disamping kanan dan Mas Syailendra Wijaya (putri bungsu) di samping kiri. 

Jirat Makam 

Jirat makam berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 2,70 m lebar 1,5 m dan tinggi 1,3 m. Pada bagian atas jirat makam terdapat nisan berupa lambang Tamansiswa, yaitu Cakra Garuda di sebelah utara dan Cakra Kembang di sebelah selatan. 

Dari beberapa informasi dan saran yang diperoleh tim khusus untuk pembuatan batu nisan Ki dan Nyi Hadjar Dewantara, bahan diambil dari bukit di desa Brejo, Godean, Sleman. Bahan jenis batunya padat dan masif, berwarna hijau muda, tidak mudah “gempil” bila dipahat. Jenis batu tersebut setelah diteliti di laboratorium Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada tercatat: 

Nama batu         : Andesit 

Kekerasan mineral : Andesit porfiris 

Jenis batuan        : Batuan beku 

Tekstur                 : Porfiris 

Berat jenis          : 2,7 – 3  

Golongan          : Batuan intermidier

Status : Situs Cagar Budaya
Periodesasi : Pasca Kemerdekaan
Nama Lainnya : Taman Wijaya Brata
Alamat :
Koordinat:
7.80664° S, 110.38196° E

SK Menteri : PM.25/PW.007/MKP/2007 ; SK Mendikbud 226/P/2019


Lokasi Makam Ki Hajar dan Nyi Hajar Dewantara di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Situs Cagar Budaya Taman Wijaya Brata dibangun atas prakarsa dari Ki Soedarminto, Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa dalam sidang Rapat Besar Umum (Kongres) Tamansiswa tahun 1952. Ketika itu Ki Soedarminto mengatakan bahwa terdapat “rerasan” (gagasan yang disampaikan secara tidak langsung) oleh Ki Hajar Dewantara, beliau menginginkan suatu tempat peristirahatan. Pada tahun 1953, dimulailah usaha untuk mencari tanah untuk makam, yang lokasinya diusahakan dekat dengan kompleks Tamansiswa di Wirogunan. Akhirnya tanah untuk makam tersebut ditemukan, yaitu beberapa persil milik penduduk yang dibeli oleh Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa tahun 1954. Pembangunan tahap I dimulai pada tahun 1959 dengan rencana berupa candi dan nisan, pengrantunan, dan pagar keliling makam yang terbuat dari tembok sebagai pengganti pagar kawat berduri. Ki Hadjar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 diusia 70 tahun dan dimakamkan di tempat ini. Pada tanggal 30 Januari 1962, bertepatan dengan peringatan 1000 hari wafatnya Ki Hadjar Dewantara dilakukan upacara peletakan batu nisan di makam. Beberapa minggu sebelumnya dilakukan persiapan-persiapan dengan membuat pondasi yang kuat mengingat beratnya nisan yang akan diletakkan di atasnya. Berangsur-angsur lingkungan dari makam disempurnakan. Pada tahun 1963 diresmikan pembangunan makam keluarga tamansiswa yang diberi nama Taman Wijaya Brata. Peresmian taman ini ditandai dengan candra sengkala “Rinaras Trus Basuki ning Wiji” yang berarti 1895 Jawa. Pada tanggal 16 April 1971 Nyi Hadjar Dewantara wafat. Taman ini dibangun untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara dan Keluarga Perguruan Tamansiswa. Beliau adalah pendiri Tamansiswa dan Bapak Pendidikan Nasional, hingga sekarang setiap tanggal 2 Mei ditetapkan atau diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Selain relief perjuangan Ki Hadjar Dewantara pada masa lampau dibuat juga pakeliran dinding batur yang terdapat di sebelah utara batur atau melatarbelakangi makam Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara. Pakeliran disebut Wukir Pancadharma yang merupakan perwujudan dari ide Ki Sindhusisworo dan sebagai desainernya ialah Ki Suratman, Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa. Relief pada pakeliran menggambarkan pandangan hidup Tamansiswa dengan sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut: Lahirnya Tamansiswa adalah 3 Juli 1922, atau disingkat 3722. Angka tersebut dilambangkan dengan relief gunung yang berbobot 7 dan tiga gunung melambangkan 3, jadi tiga gunung dan bobot gunung menjadi 37. Sayap wataknya 2, dua sayap melambangkan 2, menjadi secara keseluruhan 3722.  Dasar ciri khas Tamansiswa Pancadharma yang masing-masing digambarkan dengan lambang, yaitu Kodrat alam dengan lambang matahari, kemerdekaan dengan lambang sayap Garuda, kebudayaan dengan lambang pohon teratai, kebangsaan dengan lambang pohon besar dan kemanusiaan dengan lambang tirta (air).  Sistem pendidikan Tamansiswa adalah sistem among yang berjiwa kekeluargaan (pendapa) dan berlandaskan kodrat alam (matahari) dan kemerdekaan (sayap Garuda). Pada saat Yogyakarta mengalami gempa tahun 2006, pagar tembok dan pakeliran ini hancur tak tersisa. Setelah perbaikan pagar pasca gempa bumi, pakeliran dan candra sengkala tersebut tidak dibangun ulang. 
Riwayat Pemugaran : Pada tahun 1974 telah diadakan pelebaran dan pengaspalan jalan menuju makam Taman Wijaya Brata. Tahun 1984 Taman Wijaya Brata dipugar oleh Proyek Pemugaran Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala D.I. Yogyakarta. Kegiatannya meliputi pembangunan pintu gerbang dan pagar makam Ki Hajar Dewantara beserta istrinya.
Nilai Sejarah : Tempat dimakamkannya Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara
Pemilik
Pengelolaan
Alamat Pengelola : Pengurus makam ki Hadjar Dewantara (Jl. Soga, Tahunan, Umbulharjo)
Catatan Khusus : Koordinat SK : 07°48'24" LS - 110°48'24" BT Struktur Cagar Budaya Makam Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara terawat dengan baik dan bersih. Pakeliran dan candra sengkala di sebelah utara makam Ki dan Nyi Hadjar Dewantara, pascagempa bumi tidak dibangun kembali.