Loading

Deskripsi Singkat

Bangunan Cagar Budaya Candi Kalasan merupakan bangunan peribadatan berbentuk "candi" sebagaimana untuk penyebutan tinggalan arkeologis bangunan keagamaan Hindu/Buddha dari abad VIII-XV M (periode historiografi masa klasik) yang terdapat di Indonesia. Candi bercorak Buddha ini merupakan kompleks bangunan dengan tata letak simetris dua sumbu terdiri atas bangunan induk yang dikelilingi satu baris 52 stupa mengitari batur (selasar) candi.

Bangunan Cagar Budaya Candi Kalasan tercatat pertama kali dalam publikasi di Hindia Belanda (Mackenzie, 1814 dan Raffles, 1817) dengan nama candi "Kali Bening" merujuk pada nama dusun tempat candi ini berada saat pertama kali didokumentasi. Candi Kalasan berada di antara dua sungai (Kali Bening, 300 m di sebelah barat dan Kali Opak, 600 m di sebelah timur), serta terletak 600 m barat daya dari Candi Sari. Bangunan ini berada di dataran Soro Gedug (Prambanan Plain) yang memiliki se baran lokasi candi.

Berdasarkan penelitian terhadap struktur bangunan, diketahui candi telah mengalami perubahan diperkirakan bagian penampil ditambahkan kemudian. Keberadaan sisa struktur awal dilaporkan pada Odheidkundige Verslag 1928 saat pembukaan lapisan batuan di bagian sudut barat daya dasar Candi Kalasan. Stutterheim mengidentifikasi terdapat tiga modifikasi struktur bangunan.

Bangunan Cagar Budaya Candi Kalasan memiliki denah bujur sangkar 21 m x 21 m dengan masing-masing di keempat sisi terdapat penampil yang menonjol keluar serta memiliki ruangan tersendiri dengan pintu masuk disertai tangga. Arah hadap bangunan ke timur (orientasi 84°34') ditandai dengan bukaan pintu masuk di sisi timur yang me nghubungkan langsung ke bilik utama.

Bagian dalam candi terdapat satu bilik (ruangan) utama di bagian tengah menghadap timur dan empat bilik penampil masing-masing menghadap ke luar yang diakses melalui tangga dan lubang. Bilik utama berukuran 7,5 m x 7,5 m serta tiap bilik penampil berukuran 7 m x 3,5m. Pada bilik utama terdapat altar menyerupai singgasana yang memiliki lapik (alas) dan sandaran yang di tepi kanan-kirinya terdapat hiasan figur singa berdiri di atas seekor gajah.

Pada dinding utara dan selatan bilik utama terdapat lubang jendela lebar 1,3 m tembus ke bilik penampil. Di ketiga bilik penampil utara, barat, dan selatan terdapat dua relung masing-masing di kiri dan kanan dinding interior, serta altar batu di dinding sisi menghadap pintu masuk, Pada bilik penampil sisi timur terdapat masing­ masing tiga relung di sisi kiri dan kanan dinding interiornya.

Atap candi bagian puneak atap utama diperkirakan berbentuk stupa yang disangga oleh konstruksi atap tiga tingkatan masing-masing sisi terdapat relung berisi area. Tingkat pertama (paling bawah) bentuk mengikuti denah bangunan candi, tiap sisi dihiasi area-area Bodhisattwa dalam sikap duduk. Atap tingkat kedua (tengah) berbentuk segi delapan pada setiap sisi dihiasi area-area Dhyani Buddha dalam relung yang diapit oleh relief Bodhisattwa.Pada tingkat ketiga (paling atas) berbentuk segi delapan pada setiap sisi terdapat satu relung yang masing-masing diisi area Dhyani Buddha.

Pada permukaan luar dinding bangunan utama dan dinding penampil terdapat relung-relung yang berisi area. Setiap relung diapit hiasan relief figur Bodhisattwa yang digambarkan dalam posisi berdiri sambil memegang bunga teratai. Pada setiap bukaan relung dan pintu masukterdapat hiasan kepala kaladi bingkai atasnya.

Relief pada tubuh bangunan candi dipahat seeara halus yang kemudian dilapisi dengan bajralepa/ vajralepa/ wanjralepa (lapisan stuko) yaitu semacam semen pelapis untuk permukaan sisi luar dinding bangunan. Lapisan stuko bajralepa pada bangunan candi ini hanya dijumpai di Candi Kalasan dan Candi Sari. Bagian bawah tubuh candi berupa profil bingkai bawah (pelipit) berukuran tinggi 1,505 m.

Kaki candi berukuran tinggi 1,8 m memiliki empat tangga masuk menuju bilik penampil di masing-masing sisi utara, timur, selatan, dan barat. Dasar bagian kaki bangunan candi ini berdiri di atas batur berukuran 33,8 m x 33,8 m berdenah poligon mengikuti denah bangunan candi. Lebar permukaan batur dari dinding kaki bangunan candi 4,6 m dengan bagian tepi memiliki pagar langkan. Tinggi batur dari permukaan tanah 2,8m.

Di keempat sisi batur memiliki tangga sejajar dengan tangga masuk ke bangunan candi. Keberadaan tangga batur di sisi utara, selatan, dan barat memperlihatkan indikasi merupakan komponen tambahan di masa berikutnya. Hanya pada tangga sisi timur di bagian dasar anak tangga paling bawah terdapat bilah batu monolit menyerupai bentuk setengah lingkaran yang disebut dengan "batu bulan" (moonstone) atau dikenal pula dengan nama sandakada pahana. Komponen ini umumnya hanya dijumpai pada elemen arsitektur bangunan kuna di situs Anuradhapura, Sri Langka.

Pada ke-52 stupa yang mengelilingi batur candi pemah diperoleh 81 peripih (peti batu) berisi lempengan logam, sisa abu pembakaran, dan sisa kain. Pada tahun 1927 di sekitar 400 m barat laut Candi Kalasan diperoleh temuan sebuah genta perunggu yang berlapis perak berukuran tinggi 58 cm dengan diameter 42 cm. Selain itu, dilaporkan pula oleh J.L.A. Brandes tahun 1886 temuan prasasti berupa bilah batu yang dikenal dengan nama Prasasti Kalasan yang diperoleh di pinggir rel kereta api beberapa ratus meter dari selatan Candi Kalasan. Prasasti ini berbahasa Sanskerta dengan aksara Nagari/Pra-Nagari berisi penyebutan pendirian suatu bangunan yang diyakini adalah Candi Kalasan dan Candi Sari saat ini.

Pada publikasi Indiana vol. 1 terbit 1854 dilaporkan bahwa terdapat temuan sisa bangunan "pendopo berada 150 yard (137 m) di selatan Candi Kalasan. Di lokasi tersebut teridentifikasi sisa bangunan dari susunan bata dengan ukuran panjang 47 m, lebar 28,5 m dengan bagian beranda berukuran 12,5 yang diduga memiliki 22 pilar. Terdapat 14 batu umpak berbentuk padma yang saat ini diletakan di halaman Candi Kalasan. Selain itu terdokumentasi sepasang area dwarapala tinggi 3 m di sisi timur dan sepasang dwarapala di sisi barat.

Tahun 1939 – 1940-an Candi Kalasan dilakukan perbaikan oleh Dinas Purbakala (Odheidkundige Dienst) dengan pemasangan kembalikomponenbatu atap serta melakukan konsolidasi pada pintu masuk sisi selatan yang mulai rusak. Namun secara keseluruhan, Candi Kalasan belum pernah dipugar total seperti halnya bangunan-bangunan candi lainnya.


Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Klasik
Tahun : 778
Alamat : Jl. Yogya-Solo Kalibening, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.76729° S, 110.47234° E

SK Menteri : Kep.Mendikbud.157/M/1998
SK Gubernur : SK Gubernur No 270/KEP/2023
SK Walikota/Bupati : KepBup Nomor 14.7/Kep.KDH/A/2017


Lokasi Candi Kalasan di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Bangunan candi Kalasan merupakan candi Buddhis tertua di wilayah DIY. Bangunan ini didirikan oleh raja beragama Hindu (dinasti Sanjaya) atas permintaan elite Buddhis (dinasti Sailendra). Keberadaan Candi Kalasan dapat dikaitkan dengan sebuah prasasti batu (kemudian disebut prasasti Kalasan) berbahasa Sanskerta berhuruf Pranagari yang berangka tahun 700 Saka (778 Masehi). Di dalam prasasti Kalasan itu disebutkan tentang diperingatinya jasa Sri Maharaja Dyah Pancapana Panamkarana yang telah membangun sebuah kuil bagi Dewi Tara serta memuat area dewi yang kemudian ditakhtakan di dalam kuil tersebut. Kuil tersebut dinamakan Tarabhawana yang kini diyakini sebagai Candi Kalasan. Selain itu, di dalam prasasti Kalasan juga disebutkan tentang pendirian tempat tinggal (asrama) bagi para pendeta dengan menghibahkan desa Kalasan kepada para Sangha. Di dalam prasasti tersebut, baik kuil Dewi Tara maupun asrama disebut sebagai Wihara. Penyebutan asrama bagi para sangha dalam prasasti Kalasan ini diyakini sebagai bangunan Candi Sari yang berada 500 m di sisi timur laut Candi Kalasan. Keberadaan bangunan Candi Kalasan dan Candi Sari sebagai bangunan wihara, serta temuan sisa bangunan "pendopo" luas yang dilengkapi empat area dwarapala mengindikasikan lokasi ini merupakan suatu pusat pengembangan Buddhis.
Riwayat Penemuan : 1. Mackenzie (1814) Narrative of journey to examine remail of an ancient city and temple at Bambana in Jawa, Verhand. Bat. Gen. VII. 2. Thomas Stamford Raffles (1817) The History of Java, Volume II. 3. J.F.G. Brumund (1854) Indiana. Verzameling van stukken van onderscheiden aard, over Landen, Volken, Oudheden en Geschiedenis van den Indischen. Archipel I & II. 4. J.L.A.Brandes (1886) "Een ngari opschrift gevonden tusschen Kalasan en Prambanan", dalam Tijdschrift voor Indische t aal-, land- en volkenkunde, XXXI. 5. J.W. IJzerman (1891) Beschrijving der oudheden nabij de grens der residentie's Soerakarta en Djogdjakarta. 6. Rogier Diederik Marius Verbeek (1891) Oudheden Van Jawa: Lijst Der Voomaamste Overblijfselen Uit Den Hindoetijd Op Java Met Eene Oudheidkundige Kaart. 7. Rapporten van den Oudheidkundigen Dient in Nedelandsch - Indie 1915, dengan nomor 1287 (Verbeekno. 351).
Riwayat Pelestarian : 1. Oudheidkundige Dienst tahun 1927-1929 2. Oudheidkundige Dienst tahun 1939-1940-an 3. BPCB DIY tahun 2015, kajian pelestarian Candi Kalasan 4. BPCB DIY tahun 2016, kajian awal rencana pelestarian Candi Kalasan 5. BPCB DIY tahun 2018, pembongkaran atap 6. BPCB DIY tahun 2022-2023
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X
Alamat Pemilik : Jl. Yogya-Solo km.15, Bogem, Kalasan, Sleman
Nomer Kontak : (0274) 496019
Pengelolaan
Nama Pengelola : Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta
Alamat Pengelola : Jl. Yogya-Solo km.15, Bogem, Kalasan, Sleman
Nomer Kontak : (0274) 496019
Catatan Khusus : Bangunan Cagar Budaya Candi Kalasan dalam kondisi baik dan terawat. Saat ini bangunan candi dimanfaatkan sebagai salah satu objek wisata Serta dikelola Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman. Konstruksi bangunan seeara keseluruhan tidak lengkap yaitu puneak atap utama berbentuk stupa, sudah tidak ada. Saat ini tinggi bangunan Candi Kalasan adalah 24 m. Keberadaan area dalam relung konstruksi atap tidak lengkap. Tingkat pertama (paling bawah) tersisa tiga area Bodhisattwa dalam sikap duduk. Relung pada atap tingkat kedua (tengah) berbentuk segi delapan saat ini tidak dijumpai area. Pada tingkat ketiga (paling atas) hanya satu relung yang berisi area Dhyani Buddha. Kondisi bajralepa saat ini berupa sisa-sisa lapisan yang mengelupas di permukaan dinding bangunan eandi. Semua relung pada dinding eandi dan dalam bilik penampil dalam keadaan kosong. Dari keempat penampil, hanya bilik utara dan selatan saja dalam kondisi utuh. Semua konstruksi tangga di keempat sisi bangunan induk candi tidak ada. Konstruksi pagar langkan tepi batur hanya tersisa di sudut timur laut dan barat daya setinggi 1 m. Kondisi struktur tangga menuju bagian batur di keempat sisi tidak utuh. Ke-52 stupa yang mengelilingi batur saat ini berupa sisa tapak bangunan. Beberapa komponen-komponen lepas bangunan stupa ini masih dijumpai di halaman eandi. Prasasti Kalasan yang berkaitan dengan bangunan Candi Kalasan, saat ini menjadi koleksi Museum Nasional di Jakarta dengan nomor inventaris D.147. Temuan genta perunggu kini menjadi koleksi Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Keempat area dwarapala yang terdokumentasi saat ini sepasang berada di Museum Sonobudoyo, kedua area lainnya berada di Museum Nasional.