Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Ragam Hias | : | Candi Induk Morangan memiliki relung-relung yang menggambarkan sosok dewa-dewa pariwara dengan berbagai sikap. Ada yang berdiri dengan memegang bunga teratai dan ada yang membawa kendi. Selain itu ada relief kedua wantia yang bersikap meliuk (tribanga). |
Ragam Hias | : | Candi Induk Morangan memiliki relung-relung yang menggambarkan sosok dewa-dewa pariwara dengan berbagai sikap. Ada yang berdiri dengan memegang bunga teratai dan ada yang membawa kendi. Selain itu ada relief kedua wantia yang bersikap meliuk (tribanga). |
Bahan Utama | : | Batu |
Jenis Struktur | : | Runtuhan |
Bentuk | : | Memusat |
Ragam Hias | : | Candi Induk Morangan memiliki relung-relung yang menggambarkan sosok dewa-dewa pariwara dengan berbagai sikap. Ada yang berdiri dengan memegang bunga teratai dan ada yang membawa kendi. Selain itu ada relief kedua wantia yang bersikap meliuk (tribanga). |
Panjang | : | 7,95 m |
Lebar | : | 7,95 m |
Jenis Bangunan | : | Runtuhan |
Konteks | : | Sejauh ini belum dapat diketahui tahun pembangunan Candi Morangan dan hanya diketahui bahwa candi ini dibuat pada masa Mataram Kuno jika melihat gaya seninya. Berdasarkan temuan yoni di candi induk, diketahui jika Candi Morangan berlatarbelakang agama Hindu. Menurut Hoeperman dalam Hindoe Oudheden van Java 1864-1867, sudah ditemukan sebelum tahun 1860-an. Kondisinya saat itu sudah menjadi reruntuhan dan tertutup akar pohon. Pada tahun 1937, Oudheidkundige Dienst atau Dinas Kepurbakalaan melakukan ekskavasi di Candi Morangan dan menemukan bagian kaki candi induk. Eskavasi tersebut tidak dilanjutkan karena adanya rembesan air tanah. |
Riwayat Penemuan | : | Pertama kali ditemukan tahun 1884 dalam keadaan runtuh yang ditumbuhi semak belukar dan akar pohon. Berada di kedalaman 2,5 m dibawah permukaan tanah sekarang. |
Riwayat Pelestarian | : | Pada tahun 1937, Oudheidkundige Dienst atau Dinas Kepurbakalaan melakukan ekskavasi di Candi Morangan dan menemukan bagian kaki candi induk. Eskavasi tersebut tidak dilanjutkan karena adanya rembesan air tanah. |
Nilai Sejarah | : | Struktur Candi Induk Morangan mempunyai arti khusus bagi perkembangan sejarah kebudayaan Mataram Kuno abad IX-X M dan bukti kedahsyatan erupsi Merapi pada abad ke X M. Struktur Candi Induk Morangan belum diketahui tahun pembangunannya karena data prasasti belum ditemukan karena belum ditemukannya prasasti. Berdasarkan gaya seni arsitektur dan pahatannya, diperkirakan Candi Induk Morangan dibangun pada masa Mataram Kuno (IX-X M) sehingga usia Struktur Candi Induk Morangan saat ini sudah berusia lebih dari 50 tahun. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Struktur Candi Induk Morangan dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi berbagai bidang ilmu, baik ilmu budaya seperti arkeologi, sejarah, antropologi, dan ilmu eksakta, seperti arsitektur, teknik sipil, vulkanologi dan geologi. |
Nilai Agama | : | Sebagai bahan pembelajaran agama, khususnya agama Hindu. |
Nilai Pendidikan | : | Sebagai bahan pengajaran untuk pelajar dan pengajar tentang bangunan kuno dan kebencanaan. |
Nilai Budaya | : | Struktur Candi Morangan memiliki nilai budaya yang tinggi yang dapat digunakan sebagai penguatan kepribadian bangsa, khususnya di Kabupaten SlemanMerupakan bukti adanya kebudayaan Hindu yang pernah tumbuh dan berkembang di daerah tersebut pada masa Mataram Kuno |
Nama Pemilik Terakhir | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba |
Riwayat Kepemilikan | : | - |
Nama Pengelola | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba |
Catatan Khusus | : | Koordinat pada SK Bupati Sleman: UTM: 49 M X: 441500.03 m E m E; Y: 9150502.09 m S |