Loading

Gereja Kristen Jawa Wates

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wates berada di tengah pekarangan, menghadap ke arah selatan agak serongbarat daya. Pada lahan ini terdapat beberapa bangunan lain, yaitu bangunan PAUD/TK di sisi timur, rumah dinas untuk pengurus gereja di sisi barat, dan bangunan tambahan berupa ruang kluster dan kamar mandi di sisi utara.

Bangunan GKJ Wates pada awalnya berdenah persegi panjang, namun, pada tahun 1991 sisi kiri dan kanan diperluas sehingga menjadi semacam transept pada bangunan gereja klasik. Bagian tambahan ini membuat bangunan menjadi berdenah cruciform (silang) dengan bagian belakang (utara) yang lebih panjang.Sudut bangunan diberi ruang lagi sehingga bangunan berlekuk-lekuk dengan dua belas sudut. Fasad kedua bagian tambahan di sisi timur dan barat dibuat mirip dengan bagian depan (selatan), namun dengan kuncung yang lebih pendek dan atap berbentuk kampung.

Secara umum, bangunan gereja merupakan bangunan berdinding tembok dengan atap pelana bertingkat. Atap ini menggunakan penutup genting geribig (vlam). Terdapat lima struktur kuda-kuda terbuat dari balok kayu yang dirangkai berbentuk segitiga yang membentuk konstruksi atap.

Pada bagian depan atap, yaitu kurang lebih berada di ataspintu masuk di sisiselatan, terdapat menara loceng. Menara ini beratap tajug menggunakan penutup pelat logam dengan kemuncak berupa salib. Kisi-kisi terdapat pada bagian badan menara.

Pada bagian pintu masuk terdapat kuncung. Atap bagian ini berbentuklimas pada sisi selatan dan berbentuk kampung pada bagian utara yang menempel pada fasad bangunan. Selain melekat pada dinding, atap ini ditopang empat batang tiang yang terbuat dari tembok ditutup dengan batu belah. Lantai bagian ini telah ditutup dengan keramik. Foto lama menunjukkan bahwa dahulu kuncung berukuran pendek, hanya menutup bagian balok mendatar yang bertuliskan huruf jawa. Atap kuncung tersebut berupa separuh limas yang menempel pada dinding sehingga tanpa molo dan tiang seperti sekarang.

Pada bagian dalam kuncungan tersebut terdapat balok mendatar (yang merupakan bagian dari kuncungan lama) dengan tulisan beraksara Jawa yang berbunyi: "tunggal rasa ngesthi semedi". Tulisan ini adalah candrasengkalayang berarti tahun 1861 Jawa, menandai peresmian gereja pada tahun 1930 Masehi.

Fasad bagian atas, yaitu pada gevel, terdapat hiasan plaster dengan bentuk berundak mengikuti kemiringan sisi gevel. Dahulu, hiasan ini tidak berundak melainkan rata pada bagian bawah.

Dinding bangunan terbuat dari pasangan bata. Dinding depan (yang merupakan dinding lama) berukuran cukup tebal, yaitu 28 cm, sementara dinding samping yang merupakan hasil renovasi tahun 1991 berketebalan 15 cm. Bagian bawah dinding ditutup dengan batu belah yang diekspos sementara bagian atas ditutup plaster.

Bangunan gereja terdiri atas dua ruang, yaitu ruang jemaat dan ruang konsistori yang terletak di bagian belakang.Ruang jemaat atau ruang utama digunakan untuk kegiatan keagamaan. Selain meja-kursi, lantai di bagian belakang ruang (sisi utara) dinaikkan sekitar 40 cm untuk tempat altar. Kursi jemaat menghadap ke arah altar ini. Ruang jemaat ini berdenah persegi dengan luas luasan 183,40m2. Terdapat dua belas batang tiang yang didirikan di bekas dinding lama sebelum diperluas tahun 1991. Pada masing-masing sisi terdapat empat tiang berjajar, dan pada setiap ujung terdapat dua tiang, Tiang-tiang ini dibuat dari cor beton yang dilapis dengan kayu.

Langit-langit telah ditutup dengan eternit yang disusun mengikuti bentuk atap sehingga ruang terkesan tinggi. Pemasangan eternit yang demikian membuat kelima struktur kuda-kuda tampak sebagian di bawah eternit.

Pintu utama terletak di sisi selatan, memiliki daun pintu berbentuk kupu tarung dengan panil krepyak di bagian bawah dan kaca es di bagian atas. Lubang angin persegi panjang terletak di dinding pada kiri-kanan pintu tersebut dengan kisi-kisi mendatar. Pintu lain dari ruang jemaat terdapat pada sisi barat dan timur, yaitu pada bagian fasad/dinding tambahan tahun 1991. Dua pintu tersebut juga berbentuk kupu tarung.Ruang ini juga dihubungkan dengan ruang konsistori dengan dua pintu bertipe daun pintu tunggal.

Foto lama memperlihatkan bahwa pada dinding samping terdapat pintu di bagian tengah dan jendela di kiri-kanan. Setelah direnovasi pada tahun 1991, bagian tersebut menjadi lebih menjorok keluar, juga diberi pintu pada bagian fasad “kuncungan” tersebut. Di kiri-kanan pintu tersebut juga terdapat ventilasi dengan kisi-kisi mendatar.

Bagian tambahan ini menggunakan atap kampung, dengan gevel masing-masing menghadap ke barat dan ke timur. Atap model kampung pendek juga ditempelkan pada bagian depan fasad “kuncungan” ini.Atap ini disangga dengan dua batang tiang dari cor semen.

Ruang konsistori(ruang rapat/ruang pendeta) terletak di sisi belakang (utara), tepatnya di belakang altar yang berada di ujung ruang utama. Ruang ini berbentuk persegi panjang, berukuran luas 30,75 m2. Akses dari ruang utama terletak di kiri dan kanan altar tersembunyi di belakang dinding, melalui pintu dengan daun pintu tunggal. Sementara itu, di dinding kiri dan kanan ruangkonsistori ini terdapat pintu berdaun pintu tunggal yang menghubungkan dengan halaman. Pada dinding sisi utara terdapat empat buah jendela, dua berada di sebelah kiri dan dua lainnya berada di sebelah kanan. Baik pintu dan jendela menggunakan daun dengan panil krepyak di bagian bawah dan panil kaca es di bagian atas.


Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Nama Lainnya : Gereja Wetan (alun-alun wates)
Alamat : Jalan Bhayangkara no. 3 Terbah RT 13 RW 06, Wates, Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.8576095° S, 110.1580488° E

SK Menteri : SK Menteri Agama no. 19 24/4/1
SK Walikota/Bupati : SK Bupati Kulon Progo


Lokasi Gereja Kristen Jawa Wates di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Sejak didirikannya Rumah Sakit Wates, yang dahulu disebut Hulphospital tahun 1908 pada masa dr.Priys, yang mendapat subsidi dari Kanjeng Sultan di Yogyakarta mulai terdengar Kidung Pujian untuk Allah. Para pengunjung rumah sakit dan pasien sebelum berobat sebelumnya diminta untuk mendengarkan Firman Tuhan terlebih dahulu. Begitu juga dengan para pekerja Rumah Sakit itu sendiri. Karena pemahsyuran Injil melalui media Rumah Sakit semakin maju dan didukung media lain berupa Pendidikan Kristen dan Media Cetak maka terbentuklah Jemaah Kristen Jawa. Pada 1927, Jemaah Kristen itu berubah menjadi Jemaah Gereja Dewasa namun belum memiliki tempat ibadah dan masih menumpang di Rumah Sakit Wates. Untuk menampung jemaat gereja kemudian dengan bantuan Jemaat Kristen Negara Belanda, Dr. Pos selaku Pendeta Konsulen waktu liburan di Negara Belanda minta bantuaan jemaat di sana untuk pembangunan tersebut. Bantuan berupa uang sebesar F 3.000,- (tiga ribu gulden) dan F 5.000,- (Lima ribu gulden) sebagai pinjaman.  Peresmian berdirinya Gereja Kristen Jawa Wates  pada tanggal 7 November 1930 dengan candra sangkala : "Tunggal Rasa Ngesthi Semedi" (1861 Jawa). Peristiwa sejarah yang pernah terjadi antara lain : 1. Pembaptisan pertama penduduk asli wates, yaitu : Bapak Projosemito dari Nagung, Wates dan Bapak/Ibu Tjokrosentono dari Kidul Pasar Wates, 2. Pengangkatan Guru Injil pertama di Wates yaitu Bapak Kalam Efrayim pada tahun 1913, 3. Pendewasaan Jemaat. Pada tanggal 4 September 1927 diteguhkan Majelis Jemaat Wates yang pertama terdiri atas 3 orang tua-tua dan 1 orang diaken, sehingga jemaat Wates menjadi jemaat yang dewasa dengan anggota sebanyak 130 orang. Majelis jemaat pada saat itu sampai ditasbihkannya Rebin Hardjosiswoyo sebagai pendeta pertama GKJ Wates tanggal 26 Oktober 1938, antara lain : 1. Sastrosudiro, Guru HJS Wates, 2. dr. Soenesmo, Kepala RS Wates, 3. dr. Groot, 4. dr. Offringa, 5. Yakub Martosardjono, Wates, 6. Katam, Bojong, Panjatan, 7. Martopawiro, Kliwonan, Triharjo, Wates, 8. Lamin Martoharsono, Guru HJS Wates, Sastrokardjana. Sebelum pembangunan Gedung GKJ Wates, Zending terlebih dulu membangun Gedung perumahan guru-guru HJS mulai dari Bybel di sebelah timur alun-alun Wates dan di muka GKJ Wates, yang sekarang merupakan Gedung SMP Bopkri II Wates. Bangunan lama GKJ sendiri terdiri dari Bangunan Gereja dan Kantor Klassis. Pada masa pendudukan Jepang (1943), gereja, sekolah kristen dan Rumah Sakit Wates ditutup karena dianggap pro Belanda. Pada masa kemerdekaan, Gereja Kristen Jawa Wates difungsikan kembali dan mendukung Pemerintah Indonesia yang bersikap positif terhadap seluruh umat beragama di seluruh Indonesia. Gedung ini mengalami dua kali pemugaran, yang pertama pada tahun 1986 dengan biaya sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) berasal dari persembahan warga, sekolah-sekolah BOPKRI Wates dan Donatur. Kemudian dikarenakan GKJ Wates sudah tidak dapat menampung warga dalam kebaktian khususnya pada saat pelayanan Perjamuan Kudus, maka mulai tanggal 21 Oktober 1990 dipugar dan diperluas dari semula luas 145.25 m² menjadi 314,45 m². Peresmian pemugaran ini dilakukan tahun 1991 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Riwayat Pemugaran : Gedung ini mengalami dua kali pemugaran, yang pertama pada tahun 1986 dengan biaya sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) berasal dari persembahan warga, sekolah-sekolah BOPKRI Wates dan Donatur. Kemudian dikarenakan GKJ Wates sudah tidak dapat menampung warga dalam kebaktian khususnya pada saat pelayanan Perjamuan Kudus, maka mulai tanggal 21 Oktober 1990 dipugar dan diperluas dari semula luas 145.25 m² menjadi 314,45 m².
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Majelis GKJ Wates
Alamat Pemilik : Jalan Bhayangkara no. 3 Terbah RT 13 RW 06 Kel. Wates Kec. Wates Kab.
Pengelolaan
Nama Pengelola : Majelis GKJ Wates
Alamat Pengelola : Jalan Bhayangkara no. 3 Terbah RT 13 RW 06 Kel. Wates Kec. Wates Kab.