Masjid Kagungan Ndalem Pajimatan Imogiri terletak di Dusun Payaman, Kelurahan Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Masjid ini berada dalam kompleks dengan Makam Raja-raja Mataram di Imogiri. Tepatnya, berada di sisi barat tangga naik menuju makam. Diperkirakan masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613 – 1645 M) setelah membangun makam. Masjid ini dibangun untuk keperluan ibadah para abdi dalem yang bertugas di kompleks makam.
Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Bagian atap masjid memakai model tajug pada ruang utama dan limasan pada serambi. Bagian kemuncak atap model tajug dilengkapi mustoko berbentuk bunga kenanga yang terbuat dari tembaga. Beberapa komponen penyusun atap seperti usuk dan reng disusun ngruji payung dengan penutup atap berupa genteng. Dinding masjid terbuat dari susunan bata yang diplester. Lantai masjid berupa tegel.
Seperti masjid-masjid kuno di Jawa, masjid ini memiliki ruang utama, serambi, pawestren (tempat ibadah bagi jamaah perempuan), dan tempat wudlu. Ruang utama masjid berdenah bujur sangkar. Di dalam ruang utama terdapat empat tiang Sokoguru penopang atap tajug, mihrab (tempat pengimaman), dan mimbar (tempat khotib berkutbah). Selain itu, ruang utama juga dilengkapi dengan beberapa jendela dan pintu dengan kusen yang terbuat dari kayu. Di sisi selatan ruang utama terdapat pawestren, sedangkan di sisi utara ruang utama terdapat tempat wudlu.
Serambi berada di sisi timur ruang utama dan berdenah persegi panjang. Di dalam serambi terdapat tiang-tiang kayu penopang atap limasan dan bedug. Di bagian luar, tepatnya di sisi timur serambi terdapat terdapat tangga naik sebagai akses menuju masjid yang terbuat dari susunan bata yang diplester.
Referensi
Zein, Abdul Baqir, 1999. Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press"
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Tradisional |
Jenis Bangunan | : | Tradisional |
Fungsi Bangunan | : | Religi/Keagamaan |
Komponen Pelengkap | : |
|
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan | : | Secara keseluruhan bangunan Masjid Pajimatan Imogiri di desain dengan menerapkan arsitektur tradisional jawa. Bangunan terbagi menjadi beberapa ruangan yaitu serambi depan, ruang utama masjid, pawestren, dan serambi baru yang letaknya di sebelah utara masjid. Masing – masing ruangan ini dinaungi oleh dua atap berbeda yaitu atap tajug untuk menaungi ruang utama masjid dana tap limasan untuk menaungi ruang pawestren serta serambi. |
Deskripsi Fasad | : | Fasad bangunan Masjid Pajimatan Imogiri menghadap ke arah timur. Tampak fasad bangunan ditunjukkan oleh komponen masa bangunan berupa serambi dan pawestren. Bangunan serambi Masjid Pajimatan imogiri berjumlah dua ruang. Serambi pertama berada di sisi timur dan serambi yang baru dibangun di sisi utara masjid. Bangunan serambi lama memiliki konstruksi atap limasan dengan penutupnya berupa seng yang dicat merah. Di bagian kiri dan kanan wuwungan terdapat ragam hias jenis bongkak. Konstruksi atap serambi lama ditopang oleh struktur vertikal berupa saka guru, kolom, dinding, dan saka pananggap. Bagian serambi kemudian ditutup oleh pagar kayu yang dipasang pada dua celah yang terdapat antara tiang saka pananggap dan kolom di kiri dan kanannya. Sementara itu, bangunan serambi baru yang dibangun di sisi utara masjid memiliki atap berbahan asbes dan dipasang miring. Ruang pawestren terdapat pada bangunan yang memiliki konstruksi atap limasan dan terpisah dari konstruksi atap bangunan ruang utama masjid. Bangunan ini dibangun memanjang sejajar dengan bangunan utama masjid. Tampak fasad pada bangunan ini menunjukkan bagian kejen/cocor dari sebuah atap limasan. Pada bagian sudut wuwungannya terdapat sebuah bongkak. Penutup atap dari bangunan ini merupakan seng yang dicat warna merah. Dinding dan sebuah kolom menjadi struktur vertikal yang dari tampak fasad menopang struktur atap. Di bagian dinding terdapat pintu masuk dengan model kupu tarung berbahan kayu sebanyak satu pasang.Bangunan Masjid Pajimatan Imogiri memiliki struktur horizontal yang lebih tinggi dibanding halaman di depannya. Oleh karena itu, untuk masuk ke ruangan dalam masjid dibangunkan sebuah anak tangga. Anak tangga yang mengarah ke ruangan utama masjid dibangun menempel pada struktur kolam yang saat ini kering. Bila hendak ke ruangan pawestren dan serambi utara juga terdapat anak tangga yang perlu dilewati. Secara keseluruhan struktur dinding masjid dicat dengan warna putih. Di sebelah utara dari anak tangga yang menuju ke ruang utama masjid terdapat sebah tugu jam yang dibangun oleh Susuhunan Pakubuwana X |
Deskripsi Jendela | : | Jendela pada bangunan masjid terbagi menjadi dua jenis yaitu:Jendela dengan model kupu tarung berbahan kayu dan di bagian dalamnya terdapat kisi – kisi kayu. Jendela model ini berjumlah 3 buah. Masing masing diletakkan di pawestren 1 buah dan 2 lainnya di ruang utama masjid.Jendela dengan model awning (ventilasi). Jendela model ini dibuat dengan bahan rangka kayu dan panil pengisi berupa kaca transparan. Total terdapat dua jendela dengan model ini yang dipasang pada dinding utara ruang utama masjid. Kedua jendela ini dipasang pada satu kusen besar dan diantara keduanya terdapat satu panil untuk memasang kaca transparan. |
Deskripsi Pintu | : | Pintu yang terdapat pada bangunan masjid terdiri dari dua model yaitu: Pintu model kupu tarung berbahan kayu. Pintu model ini berjumlah 7 pasang.Pintu kombinasi antara model koboi dan daun pintu tanggal. Keduana dipasang pada satu kusen yang sama dan diletakkan pada dinding ruang utama masjid sisi selatan yang menghubungkannya dengan pawestren. Keduanya dibuat dari bahan kayu |
Deskripsi Atap | : | Konstruksi atap pada bangunan Masjid Pajimatan Imogiri terdiri atas dua model, yaitu: Atap limasan: Model atap ini digunakan untuk menaungi ruang bangunan serambi lama, pawestren, dan serambi baru di sisi utara.Atap tajug: Model atap ini digunakan untuk menaugi ruang utama masjid.Penggunaan penutup atap yang tampak pada saat ini adalah seng berwarna merah. Namun, di bagian bawah seng sebenarnya masih terdapat atap lama masjid yang berjenis sirap. |
Deskripsi Lantai | : | Lantai bangunan saat ini menggunakan keramik warna putih polos dengan ukuran 30 x 30 cm. Sebelum dikeramik lantai dari bangunan masjid masih berupa tatanan batu putih. |
Deskripsi Kolom/Tiang | : | Tiang pada bangunan ini berjumlah: Pada bangunan serambi terdapat empat tiang saka guru dan dua saka rawa.Pada bangunan dalam masjid terdapat empat saka guru.Pada bangunan pawestren terdapat dua tiang kayuPada bagian serambi utara terdapat empat tiang kayu. |
Deskripsi Ventilasi | : | Bangunan masjid tampak tidak memiliki lubang ventilasi. Namun sebenarnya pada masing masing pintu yang ada di masjid ini pada bagian atasnya terdapat lubang tebeng yang umumnya diisi dengan ragam hias dan dapat berfungsi sebagai ventilasi. Namun, lubang – lubang tersebut kini ditutup dengan triplek |
Deskripsi Plafon | : | Bangunan tidak memiliki plafon |
Jenis Ragam Hias | : | Ragam hias yang ada pada bangunan ini adalah: Umpak saka guru yang dihias dengan model padma dan songkok.Kepetan pada geganja. Ragam hias ini berupa ukiran sinas yang memusat pada geganjaSaton pada tiang ander. Saton berupa pahatan garis berkotak-kotak dan diatasnya terdapat bentukan segitiga segitiga. Akan tetapi saton yang telihat pada ander masjid tidak memiliki ukiran-ukiran lebih detail.Dada paesi yang dihias dengan motif pahatan yang beragam yaitu saton, wajikan, tlacapan, dan lung – lungan.Jam yang dipasang pada salah satu tiang saka guru ruang utama masjid.2 buah jam besar yang diletakkan di serambi masjid.Pagar kayu yang dipasang di depan serambi. |
Desain | : | Masjid Pajimatan Imogiri di desain dengan menerapkan arsitektur tradisional jawa |
Interior | : | serambi depan, ruang utama masjid, pawestren, dan serambi baru yang letaknya di sebelah utara masjid |
Fungsi Situs | : | Religi/Keagamaan |
Fungsi | : | Religi/Keagamaan |
Tokoh | : | Masjid Pajimatan atau dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Agung Hanyokrokusumo, merupakan masjid yang didirikan oleh Sultan Agung pada tahun 1650 M. |
Peristiwa Sejarah | : | Lokasi Makam Raja di Imogiri merupakan daerah perbukitan yang dipilih Sultan Agung (masa pemerintahan 1613-1646 M) sebagai makam keluarga. Berdasarkan Babading Sangkala dan Babad Momana, pembangunan kompleks makam diawali pada tahun 1552 Caka (1629 M) di Bukit Giriloyo yang dipimpin oleh Pangeran/ Panembahan Juminah salah seorang paman Sultan Agung. Setelah pembangunan lokasi makam telah selesai, Pangeran Juminah wafat mendahului Sultan Agung dan dimakamkan di lokasi tersebut. Karena kompleks makam telah digunakan serta pertimbangan luas lahan yang sempit, maka dilakukan pembangunan kompleks makam yang baru. Pembangunan makam ini berlokasi di Bukit Merak yang terletak di sebelah barat daya Bukit Giriloyo. Pembangunan dimulai pada tahun 1554 Caka (1632 M) oleh Sultan Agung yang diperuntukkan sebagai makam raja – raja Mataram berserta keturunannya. Kompleks makam yang baru dibangun ini selesai pada tahun 1567 Jawa (1645 M). Tidak sampai setahun kemmudian, Sultan Agung wafat pada tahun 1646 M dimakamkan pada posisi paling tinggi di kompleks pemakaman tersebut. Disebutkan dalam Babad Momana bahwa pada tahun 1639 Jawa (1715 M) Susuhunan Pakubuwana I memperluas makam kerajaan di Pajimatan. Kemudian pada tahun 1643 Jawa (1719 M) Sunan Prabu Mangkurat membangun makam baru di Imogiri bagi Susuhunan Pakubuwana I yang wafat pada tahun 1642 Jawa (1718 M). Dengan adanya Perjanjian Giyanti tahun 1755 wilayah Mataram Islam yang berupa daerah kekuasaan Kasunanan Surakarta dikurangi separuh wilayahnya untk menjadi wilayah Kasultanan Yogyakarta. Namun demikian, kompleks permakaman Pajimatan Imogiri tetap menjadi tempat sakral bagi kedua kerajaan tersebut. Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan pemeliharaan dan pelestarian makam serta pemanfaatan tempat tersebut. Pada tanggal 27 Mei 2006 kompleks ini mengalami kerusakan akibat peristiwa gempa bumi. Selanjutnya dilakukan pemugaran oleh Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2006 – 2008. Makam Raja di Imogiri dimiliki oleh Kraton Yogyakarta da Kraton Surakarta serta dikelola dan dirawat oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, dan Dinas Kebudayaan DIY. (Sumber: Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 316/KEP/2020 tentang Penetapan Lokasi Makam Raja di Imogiri Sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Provinsi.) |
Konteks | : | Bangunan Masjid pajimatan dibangun sebelum terjadinya Perjanjinan Giyanti (tahun 1755) sehingga kompleks bangunan masjid dibagi menjadi dua pengelolaan yaitu pada sisi utara dikelola oleh Kraton Surakarta dan pada sisiselatan dikelola oleh Kraton Yogyakarta. Pembagian pengelolaan terlihat pada beberapa bagian masjid salah satunya adalah pembangunan tugu pada bagian sisi utara sebelah tangga masuk depan serambi masjid dengan bertuliskan Paku Buwana X, sedangkan pada bagian selatan masjid tidak terdapat tugu jam. Perbedaan lain terdapat pada jumlah jari-jaripagar serambi antara bagian utaran berjumlah 15 sedangkan bagian selatan berjumlah 14, perbedaan juga terdapat pada bagian engsel pintu dan ukiran kayu antara bagian selatan dan utara. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta |
Alamat Pemilik | : | Yogyakarta dan Surakarta |
Nama Pengelola | : | Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan Abdi Dalem Keraton Surakarta |
Alamat Pengelola | : | Yogyakarta dan Surakarta |
Catatan Khusus | : | Tidak ditemukan data riwayat pemugaran, meskipun terjadi beberapa perubahan terutama pada lantai dan jendela. Bahan bangunan penyusun utama bangunan masjid ini adalah kayu danbata merah. Hampir seluruh bahan bangunan terbuat dari kayu, sepertitiang dan balok serta bahan rangka atap yang terdiri dari usuk dan rengkayu. Sedangkan bata merah sebagai pengusi dinding pemikul dankolom.Bahan pelengkap yang digunakan pada masjid ini adalah seng, besi danjuga kaca. |