Makam atau Astana Girigondo adalah kompleks makam keluarga Kadipaten Pakualaman, yang digunakan sebagai makam untuk para penguasa kadipaten tersebut dan keluarganya. Kompleks makam ini mulai digunakan pada bulan September 1900 sebagai makam KGPAA Paku Alam V.
Kompleks makam terdiri atas masjid, makam, dan sarana penunjang lainnya. Di dalam kompleks ini antara lain terdapat halaman berteras lengkap dengan pagar, tangga (undakan), dan gapura, juga nisan dan jirat makam. Terdapat pula bangunan, yaitu masjid makam (masyhad) yang terletak di bagian bawah kompleks, serta cungkup untuk beberapa kelompok makam.
Kompleks makam ini terdapat di lereng bukit dengan enam halaman atau teras yang digunakan untuk makam. Untuk mencapainya harus melalui tangga yang cukup terjal dengan 258 buah anak tangga yang lurus dari bawah. Selain itu terdapat tangga naik lain dari sisi barat mulai dari teras VI sampai teras II sebanyak tiga puluh anak tangga.
Secara keseluruhan, kompleks Makam Girigondo terbagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) halaman di bagian bawah dengan masjid, (2) jalan bertrap (tangga) dengan beberapa halaman makam, dan (3) bagian tertinggi, yaitu kompleks makam utama. Untuk masuk ke dalam kompleks makam utama ini terdapat gerbang paduraksa.
Bagian I
Bagian ini berada di kaki Bukit Girigondo. Bagian I ini berupa masjid makam yang terletak di depan gapura masuk kompleks makam.
Bagian II
Bagian ini terdiri atas teras kedua sampai teras keenam. Teras kedua terletak di sebelah selatan teras pertama yang dihubungkan dengan tangga naik 21 trap. Di kanan kiri tangga terdapat dua paseban yaitu, sebelah barat untuk peziarah puteri dan sebelah timur untuk peziarah putra. Bangunan paseban masing-masing berukuran 6,43 m x 5,21 m, berbentuk bangunan terbuka dengan atap limasan yang disangga 12 tiang. Di sebelah barat paseban putri terdapat sebuah bangunan yang beratap bentuk limasan berderet dua. Cungkup ini merupakan bangunan tertutup dengan dua buah pintu masuk. Denah cungkup ini berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 8,7 m x 6,9 m. Di dalam cungkup terdapat 8 (delapan) makam yang 4 di antaranya adalah garwa ampeyan (istri selir) KGPAA Paku Alam V dan KGPAA Paku Alam VI. Di sebelah timur paseban putra terdapat sebuah cungkup yang beratap limasan. Denah cungkup ini empat persegi panjang dengan ukuran 4,1 m x 2,5 m. Di dalam cungkup ini terdapat sebuah makam Mas Destrik Wonodirjo (arsitek Makam Girigondo).
Antara teras kedua dan teras ketiga dihubungkan dengan tangga naik 17 trap. Di kanan kiri tangga naik teras tiga terdapat sebuah bangunan yang disebut “kolah payung”. Bangunan ini berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 1,75 m x 1,79 m. Di dalam bangunan ini terdapat sebuah bak air yang dulunya berfungsi untuk bersuci dan berganti pakaian sebelum masuk ke makam utama. Di sebelah barat tangga naik terdapat dua buah makam Ir. RM. Rio Koesoemaningrat dan R. Ay. Pandansih Suryaningprang. Di sebelah timur tangga naik terdapat sebuah bangunan untuk kamar mandi dan WC.
Antara teras ketiga sampai teras keenam dihubungkan dengan tangga naik sejumlah 42 trap.
Mulai teras keempat sampai teras keenam tanah pemakaman berada di sebelah barat tangga naik utama, karena sebelah timur tangga merupakan lereng bukit. Teras keempat terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh tangga naik di sebelah barat. Di sebelah barat tangga pada teras ini terdapat sebuah cungkup. Bangunan cungkup berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 10,84 m x 4,2 m. Bangunan ini beratap bentuk limasan. Di dalam cungkup terdapat makam kerabat jauh Pakualaman (tidak ada dalam daftar silsilah keluarga). Bangunan cungkup terbagi menjadi dua ruangan yaitu, ruang barat dan timur. Ruang barat letaknya lebih tinggi dari ruang timur. Di ruang barat terdapat tiga buah makam yaitu makam Mas Ayu Pujoresmi, R.M. Natasurasma, dan Mas Ajeng Jasenlana. Di ruang timur terdapat dua buah makam tanpa identitas.
Teras kelima ini masih kosong belum digunakan untuk pemakaman.
Teras keenam terdiri dari dua bagian, yaitu bagian barat dan timur, yang dipisahkan tangga naik. Bagian barat berisi dua makam yaitu juru kunci Abdul Kamari dan isterinya. Di bagian timur terdapat tujuh buah makam kerabat jauh Pakualaman, yaitu: 1) R.M. Sosroprawiro, 2) Mbok Ajeng Widosari, 3) R.A. Krebet, 4) Woro Jeng Supirah, 5) R.M. Ng. Tjokrohandojo, 6) R.M. Tjokrohandojo, dan 7) R.A. Jayeng Wardoyo. Pada teras ini juga dimakamkan menantu Paku Alam VI dan istri kedua Paku Alam VI. Pada lereng bukit, di bawah jalan naik, terdapat sembilan buah makam juru kunci.
Pada Bagian II ini, di sisi bawah, terdapat makam Paku Alam IX yang meninggal pada tahun 2015. Makam tersebut terletak di sisi barat jalan kompleks, tidak jauh di sebelah utara Masjid Masyad.
Bagian III
Bagian ini merupakan bagian terakhir dan merupakan pusat yang terpenting dari keseluruhan kompleks makam. Tempatnya di teras yang paling tinggi daripada pemakaman lainnya. Sebagai makam yang paling penting, tanah yang berukuran 25 m x 16 m dipagari dengan jeruji-jeruji besi. Sebuah gapura menandai awal bagian ini. Pada bagian kanan gapura tersebut terdapat angka tahun 1900, dan di bagian kiri terdapat angka Jawa 1830 (yang juga berarti 1900 Masehi). Kedua angka tersebut menunjukkan tahun pembuatan kompleks makam ini. Tepat di atas pintu terdapat tulisan dengan huruf Jawa yang terbaca “GIRIGONDO” dan di atasnya terdapat lambang mahkota, tulisan “PA V” serta sulur daun.
Pada teras tertinggi dimakamkan tokoh utama yaitu KGPAA Paku Alam V, KGPAA Paku Alam VI, KGPAA Paku Alam VII, sampai dengan KGPAA Paku Alam VIII, beserta istri (garwa dalem) dan putra-putri mereka. Selain ditandai dengan nisan dan jirat seperti makam-makam yang lain, makam tokoh-tokoh utama juga diberi krobongan dengan konstruksi kayu. Krobongan tersebut dihias dengan motif-motif berwarna keemasan, termasuk lambang Puro Pakualaman di bagian atas.