Loading

Rumah Tradisional Yusup Sudirman

Status : Bangunan Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Bangunan Rumah Tradisional milik Yusup Sudirman terletak di Padukuhan Kunden RT 05, Kalurahan Jambidan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul. Bangunan menghadap ke selatan. Bangunan terdiri dari beberapa bagian yakni: kuncungan/topengan, pendapa, longkangan, pringgitan, dalem, gandok tengen dan gandok kiwa.

a. Kuncungan/topengan

Kuncungan/topengan berukuran 10,99 m x 2,82m, dengan tinggi hingga atap 4,12 m. Atap kuncungan/topengan berbentuk Limasan dengan penutup atap berupa genteng kripik. Kuncungan di sisi selatan ditopang oleh empat buah tiang dari kayu berukuran 13 cm x 13 cm x 311 cm dengan alas umpak batu andesit ukuran 10 cm x 10 cm. Sisi utara kuncungan ditopang oleh saka penanggap pendopo. Kuncungan/topengan diberi pagar dari kayu yang mengelilingi sisi timur, selatan, serta barat. Lantai kuncungan berupa tegel abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm. Atap bagian pintu masuk seketeng yang ditopang saka berukuran 10 cm x 10 cm x 254 cm dengan umpak berukuran 16 cm x 14 cm pada bagian atas dan 26 cm x 27 cm pada bagian bawah, serta tingginya 27 cm. Pada sisi selatan terdapat undakan. Srawing (suncreen) memiliki tepian berbentuk setengah lingkaran. Hiasan rete-rete terdapat di sepanjang atap teritis berjarak sekitar 20 cm dari tepi atap.

b. Pendapa

Pendapa berukuran 8,11 m x 7,31 m dengan atap berbentuk Joglo Lawakan. Sisi selatan pendapa ditutup dengan gebyok panil kayu. Pada gebyok tersebut terdapat tiga pintu berdaun dua yang terbuat dari kayu. Ukuran kusen pintu 240 cm x 233 cm, sedangkan daun pintunya berukuran 194 cm x 109 cm tebal ambang pintu bagian bawah 13 cm. Lantai pendapa ditutup oleh tegel abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm. Di sisi timur dan utara terdapat undakan anak tangga. Lantai pendapa ditinggikan 36cm dari lantai longkangan. Pendapa ditopang oleh empat sokoguru berukuran 320 cm x 17 cm x 17 cm. Soko guru didirikan di atas umpak yang berukuran 17 cm x 17 cm pada bagian atasnya, 25 cm x 26 cm pada bagian bawahnya, serta tingginya 22 cm. Di bagian atas sokoguru terdapat blandar dan pengeret, di bawahnya terdapat sunduk dan kili. Di atas blandar terdapat blandar lar-laran di bagian pamanjang dan panyelak masing-masing terdiri dari tiga batang bersusun membentuk piramida terbalik. Pertemuan blandar antara bagian pamanjang dan panyelak di bagian sudut menyisakan bagian gimbal. Gimbal ini tidak dibuat pada blandar lar-laran paling atas karena bagian sudut pertemuan antara blandar lar-laran panyelak dan blandar lar-laran pamanjang bersambungan dengan dudur pananggap di keempat sudut. Emprit gantil berbentuk buah keben yang bagian kelopaknya dihias dengan ukiran bermotif flora. Emprit gantil berada di keempat sudut blandar lar-laran paling atas, berfungsi sebagai pengunci dudur atau jurai pada masing-masing sudut atap brunjung (atap paling atas pada bangunan joglo). Di bagian tengah pamidhangan terdapat balok dhadha peksi berhias ukiran. Bagian tengah uleng terdapat tiga blandar singup bersusun piramida. Dibagian atas ditutup dengan plafond dari papan kayudicat warna hijau muda, yang dihias dengan ukiran bentuk belah ketupat. Pendapa memiliki saka penanggap berjumlah 12 buah. Saka penanggap berukuran 244 cm x 11 cm x 11cm. Saka penanggap didirikan di atas umpak berukuran 12 cm x 11 cm pada bagian atasnya, 15 cm x 15 cmpada bagian bawahnya, serta tingginya 7 cm. Empyak atau kerangka atap pendapa bagian brunjung dan penanggap menggunakan usuk kayu yang disusun model ri gereh (susunan usuk yang tegak lurus dengan blandar-pengeret, sehingga ada yang bertumpu pada dudur). Dudur pada bagian penanggap dihias dengan ukiran bermotif flora. Atap ditutup menggunakan genteng tanah liat jenis genteng kripik. Genteng menumpu pada reng di atas usuk. Wuwungandi atas dudur (jurai) dan di atas molo (nok) ditutup dengan wuwung seng.

c. Longkangan

Longkangan berada di sebelah utara pendapa memiliki lebar 2,79 m, sedangkan longkangan di sebelah timur berukuran lebar 3,73 m. Longkangan utara memisahkan bangunan pendapa dan bangunan pringgitan. Longkangan timur memisahkan bangunan gandok kiwa dan pendapa. Lantai Longkangan berupa paving batu andesit berukuran 30 cm x 30 cm.

d. Pringgitan

Pringgitan berukuran 9,29 m x 3,10 m; serta tinggi dindingnya 284 cm. Atap pringgitan berupa limasan dengan penutup atap genteng kripik. Sisi selatan pringgitan terbuka sedangkan sisi timur dan barat dibatasi oleh tembok pasangan bata dengan pintu berdaun dua di sisi timur dan di sisi barat ada akses tanpa daun pintu. Kusen pintu di sisi timur berukuran 188 cm x 120 cm, sedangkan daun pintunya berukuran 170 cm x 60 cm x 3,5 cm.Pada sisi selatan pringgitan terdapat undakan berjumlah dua buah yang masing-masing lebarnya 36 cm, serta tingginya 14 cm dan 7 cm. Lantai pringgitansaat ini berupa tegel warna abu-abu berukuran 20 cm x20 cm.

e. Dalem

Dalem terletak di sebelah utara pringgitan. Dalem menggunakan atap berbentuk Limasan dengan denah persegi berukuran 9,29 m x 8,25 m dengan dinding setinggi 412 cm. Dalem ditopang oleh saka berukuran 16 cm x 16 cm x 347 cm. Saka berjumlah empat buah.Saka didirikan di atas duk. Pada dinding selatan dalem terdapat gebyok dengan tiga pintu kayu berdaun dua yang menghubungkan bagian dalem dan bagian pringgitan. Gebyok berukuran 160 cm x 213 cm. Di bagian atas pintu terdapat tebeng berhias ukiran krawangan bermotif flora.Pintu pada dinding timur terbuat dari kayu berdaun dua, di sisi timur berukuran 190 cm x 115 cm dengan daun pintu timur berukuran 190 cm x 59 cm.

Sepanjang sisi belakang dalem terdapat senthong tanpasekat. Senthong tengen dan senthong kiwa masing-masing memiliki sebuah pintu kayu berdaun dua pada dinding selatan. Senthong tengah memiliki lubang pintu tanpadaun pintu, sehingga akses tersebut ditutup dengan tirai.

Pintu senthong tengen dan senthong kiwa berukuran 200 cm x 144 cm, sedangkan pintu senthong tengah berukuran 200 cm x 150 cm. Tebeng di atas pintu senthong tengen dan senthong kiwa dihias dengan ukiran berbentuk empat anak panah yang mengarah kebentuk belah ketupat di bagian tengah. Sedangkan tebeng senthong tengah dihias dengan ukiran enam anak panah mengarah ke tengah dan ukiran kayu. Lantai dalem ditutup dengan tegel berwarna abu-abu berukuran 20 cm x 20 cm. Emper sisi timur dalem dan pringgitan ditopang dengan saka emper dan berhubungan langsung dengan emper gandok kiwa. Lantai emper berupa tegel keramik warna merah dengan ukuran 30 cm x 30 cm. Posisi lantai di bagian emper gandok kiwa lebih rendah 26 cm dari lantai dalem. Kerangka atap bagian dalem menggunakan usuk yang disusun model ri gereh. Atap ditutup menggunakan genteng tanah liat jenis genteng kripik. Genteng menumpu pada reng di atas usuk. Wuwungan di atas dudur (jurai) dan di atas molo (nok) ditutup dengan wuwung seng.

f. Patehan

Patehan adalah ruangan terbuka dengan ukuran ruangan 10 m x 5,35 m. yang berada di sebelah timur pendapa. Atap bagian patehan berupa Limasan menyatu dengan atap gandok kiwa. Patehan ditopang dengan saka kayu berukuran 11 cm x 11 cm x 324 cm. Saka ditopang duk semen berukuran 11 cm x 11 cm dengan tinggi 9 cm. Lantai patehan ditinggikan 39 cm dari longkangan.

g. Gandok Kiwa

Gandok kiwa berupa bangunan memanjang yang terletak di sebelah timur pringgitan dan dalem. Gandok kiwa menggunakan atap berbentuk limasan dengan penutup atap genteng kripik. Pintu masuk gandok kiwa berada di sisi utara dan selatan berupa pintu berdaun dua dengan tebeng berukiran dengan motif flora. Pada tebeng pintu selatan terdapat angka tahun 1918. Pada Gandok kiwa terdapat dua ruang kamar tidur yang saling berhadapan. Masing-masing kamar memiliki satu pintu berdaun dua.

h. Gandok tengen

Gandok tengen terletak di sebelah barat pendapa. Gandok tengen berukuran 11,47 m x 2,88 m. Gandok tengen terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian selatan,tengah dan utara. Gandok tengen sisi selatan yang terletak di sebelah barat pendapa berukuran 7,31 m x2,88 m. Sisi barat gandok dibatasi oleh tembok pasangan bata berplester dan sisi timur ditopang oleh saka penanggap pendapa. Gandok tengen bagian tengah berukuran 6,27 m x2,30 m. Bangunan terbagi menjadi dua ruangan. Sebelah selatan digunakan untuk ruang musik sedangkan sisi utara terhubung dengan pringgitan. Sisi timur ruang musik terdapat pintu berdaun dua yang terhubung dengan longkangan. Lantai di ruangan ini ditinggikan 39 cm. Gandok tengen bagian utara sejajar dengan dalem. Ruangan tersebut berukuran 6,37 m x 2,30 m. di sisi utara terdapat satu pintu berdaun dua yang menghubungkan dengan longkangan bagian belakang.Lantai di bagian gandok tengen dilapis plesteran semen. Bangunan ini beratap limasan dengan penutup atap genteng kripik.

Status : Bangunan Cagar Budaya
Tahun : 1918
Alamat : - Padukuhan Kunden RT 05, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.85574° S, 110.41962° E

SK Gubernur : SK Gub. No 210/KEP/2010
SK Walikota/Bupati : SK Bupati bantul No 603 Tahun 2022


Lokasi Rumah Tradisional Yusup Sudirman di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Dimensi Struktur
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Rumah Tradisional milik Alm. Yusup Sudirman, Kunden Rt. 05, Jambidan, Banguntapan, Bantul. Secara administratif rumah tradisional Yusup Sudirman terletak diKunden Rt. 05 Jambidan, Banguntapan, Bantul. Dibangun pada tahun 1918 oleh Pawira Dirja (ayah Darmo wiyono) yang merupakan penjual jenang dodol. Darmo Wiyono (ayah Yusup Sudirman) adalah perangkat desa bagian kemakmuran Kelurahan Jambidan. Pada masa Agresi Militer Belanda ke-2 rumah ini pernah digunakan sebagai dapur umum. Rumah ini ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DIY No.210/KEP/2010. Selain sebagai rumah tinggal, bangunan ini juga digunakan sebagai tempat kegiatan seni budaya seperti merti dusun. Pada tahun 2000 bangunan ini mendapat Penghargaan Warisan Budaya dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan pada tahun 2014 rumah ini dipugar oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2019 bangunan ini mendapat Penghargaan Pelestari Bangunan Cagar Budaya dari BPCB DIY.
Nilai Sejarah :  Pernah menjadi dapur umum ketikaterjadi Agresi Militer Belanda ke-2
Nilai Ilmu Pengetahuan : Mempunyai potensi untuk ditelitidi bidang ilmu arkeologi, sejarah, arsitektur, dan teknik bangunan
Nilai Budaya : Sebagai bangunan yang mencerminkan jatidiri suatu bangsa, kedaerahan atau komunitas tertentu,yaitu masyarakat Bantul.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Yusup Sudirman
Pengelolaan
Nama Pengelola : Cesilia Usmeni
Catatan Khusus : Koordinat UTM SK : 49 X: 9131258 Y: 436019