Lokasi Penemuan | : | Karangtanjung, Pendowoharjo, Sleman |
Bahan Utama | : | Perunggu |
Keterawatan | : | Utuh dan Terawat,Utuh / |
Dimensi Benda | : |
Panjang landasan: 6,145 cm Lebar landasan: 4,339 cm; padma: 4,331 cm Tinggi keseluruhan: 9,170 cm; arca: 6,407 cm; landasan: 1,638 cm; padma: 1,125 cm Tebal padma: 3,218 cm Diameter - Berat - |
Warna | : | perunggu |
Cara Pembuatan | : | teknik cetak perunggu |
Warna | : | perunggu |
Cara Pembuatan | : | teknik cetak perunggu |
Konteks | : | Di dalam agama Budha dikenal adanya dua aliran, yaitu Budha Hinayana dan Budha Mahayana. Hal ini dapat dilihat dari alam kedewaan atau pantheon yang dipuja. Budha Hinayana tidak mengenal alam kedewaan yang luas sebagaimana Budha Mahayana. Di Indonesia yang berkembang adalah Budha Mahayana, dengan pemujaan terhadap Dhyani Budha, Manusi Budha dan Dhyani Bodhisatwa. Dari ketiga tingkatan Budha tersebut yang banyak dipuja adalah Dhyani Budha dan Dhyani Bodhisatwa. Dhyani Budha terlengkap dapat dilihat pada Candi Borobudur, sedangkan Dhyani Bodhisatwa dijumpai pada beberapa candi, seperti Candi Plaosan, Candi Risan, dan Candi Ngawen. Arca Dhyani Budha Amitabha yang ditemukan di Karangtanjung, Pendowoharjo, Sleman, menjadi bukti bahwa adanya pemujaan di sekitar tempat itu yang berlatar belakang agama Budha Mahayana. Di Daerah Istimewa Yogyakarta perkembangan agama Budha dapat diketahui dari prasasti Kalasan yang berisi keterangan tentang agama Budha. Dari prasasti yang memuat angka tahun 700 Şaka atau 778 Masehi didapat keterangan tentang pendirian bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta kerajaan. Bangunan suci itu dibangun oleh Mahârâja Tejahpurnapana Panamkarana atas bujukan Guru Sang Raja yang merupakan mustika-nya keluarga Sailendra. Di samping itu juga disebutkan bahwa Panamkarana menghadiahkan desa Kalasa kepada para Sangga. (Sartono Kartodirdjo dkk, 1975). Sangga adalah para pemeluk agama Budha. Dengan demikian agama Budha telah berkembang di wilayah Daerah Isimewa Yogyakarta sejak abad ke-8 Masehi. Tentang temuan arca perunggu Dhyani Budha Amitabha Karangtanjung, Pendowoharjo, Sleman, belum diketahui secara pasti kapan dibuatnya, karena hingga saat ini belum ditemukan bukti tertulis atau prasasti yang berkaitan dengan arca ini. Dari analogi tentang berkembangnya agama Budha di pulau Jawa, maka arca Dhyani Budha Amitabha dari Karangtanjung, Pendowoharjo, Sleman diperkirakan berasal dari abad IX – X Masehi. Secara kontekstual arca ini belum dapat dipastikan berasal dari bangunan suci atau candi yang mana. Mengingat arca terbuat dari perunggu yang berukuran kecil dimungkinkan sebagai objek pemujaan dari komunitas yang kecil atau keluarga. |
Riwayat Penemuan | : | Ditemukan di Dusun Karangtanjung, Pendowoharjo, Sleman |
Nilai Sejarah | : | Memperlihatkan bukti-bukti peradaban sejarah di Indonesia, pengenalan agama dan kebudayaan India, |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Teknik cetak perunggu yang memperlihatkan kemajuan kehidupan masyarakat waktu itu dan memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut dalam rangka menjawab masalah-masalah dalam bidang keilmuan khususnya arkeologi. |
Nilai Budaya | : | Penguatan kepribadian bangsa dari Kesenian Hindu Budha di Indonesia. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba |
Nama Pengelola | : | Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (sekarang Ba |