Loading

Deskripsi Singkat

Pendapa Dalem Kabupaten atau yang dikenal dengan Bangsal Sewokoprojo yang berada di kompleks kabupaten lama merupakan bangunan bersejarah Gedung Rumah Dinas Kepala Daerah Tk. II Gunungkidul. Bangunan ini juga pernah digunakan sebagai kantor pusat pemerintahan Kabupaten Gunungkidul sebelum dipindahkan ke kompleks Pemkab di dekat alun-alun kota Wonosari yang sekarang.  

Bangunan Sewokoprojo menghadap ke selatan, berukuran denah 28 m x 58 m, yang terdiri beberapa bagian, meliputi Kuncungan, Pendapa, Bale Rata, Dalem Ageng yang terdiri dari Pringgitan; Dalem; dan Gadri, dan Gandok Wingking.  

Kuncungan merupakan bagian terbuka tanpa dinding berada paling depan dari bangunan utama dengan ukuran luas 6,04 m x 4,8 m dan tinggi atap 5 m. Pada mulanya Kuncungan ini memiliki atap datar, namun pada era Bupati Soebekti Soenarto (1989—1994) dirombak menjadi bangunan berbentuk Joglo kecil bersangga empat tiang kayu. Pada bagian bawah setiap tiang terdapat umpak dengan dekorasi sederhana, sedangkan pada bagian atas terdapat dua siku yang menopang atap. Pada bagian atap terdapat mala dengan ragam hias berbentuk makutha. 

Pendapa merupakan ruang terbuka tanpa dinding berbentuk joglo sinom. Bagian pendapa memiliki ukuran 16,15 m x 19,33 m, dengan tinggi atap 8 m. Semula pada bagian ini dipasang dinding tidak permanen dengan tinggi separuh atau kotagan namun telah dihilangkan. Pendapa memiliki sejumlah saka dari material kayu yang masing-masing berdiameter 20 cm x 20 cm, terdiri dari 4 saka guru, 12 saka penanggap dan 20 saka penitih.  Kemudian pada tahun 1993 dilakukan perluasan dengan menambah emperan dari pendapa. 

Struktur bangunan pendapa sebagian besar masih asli, baik material maupun bentuknya, diantaranya terdapat pada bagian saka guru, saka penanggap, saka penitih, tumpang sari. Adapun bagian yang mengalami pergantian adalah cat, lantai dan penutup atap. 

Pada bagian tengah joglo pendapa terdapat saka guru dengan empat pilar kayu. Dasar atau alas dari setiap tiang utama saka guru pendapa ini disangga umpak hitam dengan hiasan geometris, saton berbentuk bujur sangkar ditengah-tengah motif bunga, adapun atasnya terdapat ornamen segitiga yang mengelilingi motif sulur. Konstruksi susun pada bagian atas saka guru ini membentuk tumpang sari yang masing-masing sisinya terdiri dari empat susun dan diberi hiasan nanasan pada setiap ujungnya. Pada tengah balok kayu di bagian ini terdapat hiasan berupa simbar-simbar yang meruncing ke atas sehingga menyerupai daun waru. Bagian tengah tumpang sari yang dihiasi dengan ukiran bermotif sulur dipasang lampu robyong. Pada bagian bawah tumpang sari terdapat sunduk penyelak dari empat balok kayu berdiameter 16 cm x 20 cm yang saling berkait.  

Bale Rata merupakan bangunan yang berada di belakang Joglo Pendapa berbentuk limasan berukuran 7,10 m x 19,33 m. Bagian ini memiliki 32 saka, masing-masing berdiameter 20 cm x 20 cm. Pada bagian kiri bangunan ini terdapat ruang tambahan yang dipergunakan untuk meletakan gamelan. 

Dalem Ageng terdiri dari pringgitan pada bagian depan, Dalem bagian tengah dan Gadri pada bagian Belakang. Pringgitan berukuran 4,27 m x 21,82 m. Pada kedua sisi, timur dan barat, terdapat ruangan yang diperuntukan sebagai kantor. Secara tradisional, pringgitan (dari kata ringgit) digunakan untuk menggelar pertunjukan wayang, namun pringgitan di Sewokoprojo lebih sering digunakan untuk menyelenggarakan acara resmi kedinasan. 

Ruang tengah bangunan ini disebut dalem yang berbentuk limasan memanjang dengan ukuran 12,46 m x 21,82 m. bangunan dalem terdiri dari enam ruangan yang difungsikan sebagai ruang tamu/transit; kantor; dan ruang tidur. dan ruang-ruang yang mengapit dalem yang berada disebelah timur dan barat—masing-masing berjumlah dua ruang yang difungsikan sebagai kantor dan tempat istirahat. Pada sayap kanan (Barat) dalem ageng terdapat teras berukuran 5,20 m x 2,75 m. Dalem ageng memiliki nuansa indische khas dalem keprajan atau rumah yang digunakan sebagai kantor sekaligus tempat tinggal bupati. Bangunan ini memiliki tembok tebal, angin-angin, dan jendela yang tinggi. Adapun kamar yang mengapit dalem memiliki bentuk pintu yang tinggi dengan dua daun pintu, dengan roster berbentuk jajaran genjang. Salah satu kamar yang berada di sisi timur, bagian paling utara merupakan tempat yang biasanya digunakan istirahat Sri Sultan HB IX ketika melakukan kunjungan ke Gunungkidul. Bagian paling belakang (utara) dari dalem ageng adalah gadri, ruang terbuka yang digunakan untuk menyajikan makan/prasmanan. Sebuah doorlop menghubungkan gadri dengan gandhok wingking atau dapur yang berada pada bagian paling utara. 

Bangunan paling belakang (utara) dari Bangsal Sewokoprojo adalah gandhok wingking. Bagian ini berbentuk limasan memanjang dengan ukuran 22,20 m x 10,71 m. gandhok wingking memiliki 8 ruangan, 3 kamar mandi dan teras memanjang. Mulanya bangunan ini difungsikan sebagai dapur namun sekarang mengalami alih fungsi untuk perkantoran. 

Status : Bangunan Cagar Budaya
Periodesasi : Kolonial (Belanda/Cina)
Tahun : 1908
Nama Lainnya : Pendapa Dalem Kabupaten Gunungkidul
Alamat : Purbosari, Wonosari, Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.965972° S, 110.602692° E

SK Walikota/Bupati : Keputusan Bupati Gunung Kidul


Lokasi Bangsal Sewokoprojo di Peta

Dimensi Benda : Panjang
Lebar
Tinggi
Tebal
Diameter
Berat
Ciri Fisik Benda
Ciri Fisik Benda
Fungsi Benda
Jenis Struktur : Tradisional
Dimensi Struktur
Jenis Bangunan : Tradisional
Fungsi Bangunan : Multipurpose
Komponen Pelengkap :
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Tata Letak Dalam Ruang Kawasan : Bangunan Sewokoprojo menghadap ke selatan, berukuran denah 28 m x 58 m, yang terdiri beberapa bagian, meliputi Kuncungan, Pendapa, Bale Rata, Dalem Ageng yang terdiri dari Pringgitan; Dalem; dan Gadri, dan Gandok Wingking. 
Deskripsi Fasad : Kuncungan merupakan bagian terbuka tanpa dinding berada paling depan dari bangunan utama dengan ukuran luas 6,04 m x 4,8 m dan tinggi atap 5 m.
Deskripsi Jendela : Jendela pada Dalem Ageng berbentuk tinggi.
Deskripsi Pintu : Pintu pada Dalem Ageng berbentuk tinggi dengan dua daun pintu.
Deskripsi Atap : Kuncungan: Joglo kecil bersangga empat tiang kayu. Pada bagian atap terdapat mala dengan ragam hias berbentuk makutha; Pendapa: joglo sinom; Dalem Ageng: limasan memanjang dengan ukuran 12,46 m x 21,82 m; Gandok Wingking: berbentuk limasan memanjang dengan ukuran 22,20 m x 10,71 m.
Deskripsi Kolom/Tiang : Pendapa memiliki sejumlah saka dari material kayu yang masing-masing berdiameter 20 cm x 20 cm, terdiri dari 4 saka guru, 12 saka penanggap dan 20 saka penitih.  Pada bagian tengah joglo pendapa terdapat saka guru dengan empat pilar kayu. Dasar atau alas dari setiap tiang utama saka guru pendapa ini disangga umpak hitam dengan hiasan geometris.
Fungsi Situs : Multipurpose
Fungsi : Multipurpose
Tokoh : R.T. WIRJODININGRAT, Bupati Harsadiningrat,  Bupati Subekti Soenarto,  Bupati Yutikno,  Bupati Suharto
Peristiwa Sejarah : Peletakan batu pertama Bangsal Sewokoprojo ini dilaksanankan pada tanggal 4 November 1908 yang ditandai dengan candra sengkala berbunyi “Mangesti Luhur Aruming Projo” yang berarti 1908. Pada dinding kamar depan sebelah barat, dipasang prasasti peletakan batu pertama yang berbunyi "PASANGNJA INI TEMBOK TANGGAL 4 NOVEMBER 1908. JANG PASANG SATOEKALINJA R.T. WIRJODININGRAT REGNT GN KIDOEL" Bangunan Sewokoprojo pada awalnya bernama bangunan Pendopo Dalem Kabupaten Gunungkidul kemudian sejak masa pemerintahan Bupati Harsadiningrat diubah jadi Bangsal Sewokoprojo. Pembangunan bangsal Sewokoprojo menandai transisi pusat administrasi pemerintahan Kabupaten Gunungkidul dari Ponjong ke Wonosari dimana bangunan ini dipergunakan sebagai rumah dinas bupati sekaligus kantor kabupaten. Pada masa kepemimpinan Bupati Subekti Soenarto Bangsal Sewokoprojo mengalami renovasi dan penambahan bangunan di samping kanan (timur) bangunan pendapa joglo sebagai ruang untuk penempatan gamelan. Pada masa kepemimpinan Bupati Harsadiningrat bangunan direnovasi lagi dengan penambahan emperan dengan bahu danyang yang terbuat dari bahan besi dan lantai bangunan dengan lantai keramik.  Pada masa kepemimpinan Bupati Yutikno kembali dilakukan renovasi dengan penambahan emperan sehingga kondisinya seperti saat ini. Pada masa kepemimpinan Bupati Suharto, tepatnya pada 27 Mei 2006, terjadi gempa bumi, sehingga Bangunan Sewokoprojo yang berdinding tembok mengalami retak-retak dan ada pula bagian yang roboh, sehingga pada masa itu Bangunan Rumah Tradisional Sewokoprojo mengalami perbaikan seperti penggantian genting yang semula adalah genting keripik diganti genting pres tanah, lantai keramik yang berukuran 30 x 30 cm diganti dengan keramik putih  berukuran 50 cm x 50 cm, adapun di tembok paling depan ditempel ukiran gebyok Jepara.
Riwayat Pelestarian : Pada masa kepemimpinan Bupati Suharto, tepatnya pada 27 Mei 2006, terjadi gempa bumi, sehingga Bangunan Sewokoprojo yang berdinding tembok mengalami retak-retak dan ada pula bagian yang roboh, sehingga pada masa itu Bangunan Rumah Tradisional Sewokoprojo mengalami perbaikan seperti penggantian genting yang semula adalah genting keripik diganti genting pres tanah, lantai keramik yang berukuran 30 x 30 cm diganti dengan keramik putih  berukuran 50 cm x 50 cm, adapun di tembok paling depan ditempel ukiran gebyok Jepara.
Nilai Sejarah : Semenjak berdiri menjadi kabupaten dalam pengertian administratif,1 pusat pemerintahan Kabupaten Gunungkidul berada di Ponjong yang dimulai dari masa kepemimpinan bupati pertama Tumenggung Pontjodirdjo hingga bupati ke enam Tumenggung Wiryodiningrat. Ponjong awalnya merupakan bagian dari Mangkunegaran hasil pembagian wilayah perjanjian Salatiga 1757 yang mendistribusikan wilayah dengan model tumpang paruk sehingga Mangkunegaran berhak atas tanah beserta cacah di wilayah Kasultanan diantaranya adalah Ponjong, Semin dan Ngawen2. Pada 1831, sebagai keberlanjutan dari perjanjian Klaten yang salah satu poin utamanya adalah untuk mendefinisikan ulang batas antar kerajaan setelah perang Diponegoro, dilakukan “tukar guling” dimana Kasultanan menerima 64 jung dan 6 jung di Ngawen dari Mangkunegaran, dan sebagai gantinya Kasultanan menyerahkan wilayah Sembuyan. Pada awal abad abad ke-20, di bawah pemerintahan Bupati Wiryodiningrat, sekitar 1908 menurut prasasti di gedung kabupaten, Pusat pemerintahan dipindahkan ke Wonosari, tepatnya di dusun Purbosari, yang ditandai dengan pembangunan pendapa kabupaten Sewokoprojo. 
Nilai Ilmu Pengetahuan : Bangunan ini dapat digunakan untuk kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau. Merupakan bangunan yang memiliki komponen arsitektur tradisional Jawa meliputi joglo sinom, limasan dan memiliki pengaruh Indis pada beberapa bagian. Bangsal Sewokoprojo merupakan satu-satunya bangunan dalem ageng yang merepresentasikan identitas bangunan pemerintahan di wilayah kaprajan yang ada di Gunungkidul. Bangunan ini masih memiliki kelengkapan seperti pendapa; pringgitan; dalem ageng; gadri dan gandhok dengan tata ruang yang baik dan ornamen yang terawat. Bangunan ini juga memiliki bukti tertulis berupa prasasti pendirian. 
Nilai Budaya : Bangsal Sewokoprojo merepresentasikan konsep tata ruang tradisional yang dapat digunakan sebagai media pendidikan. Bangunan ini juga memiliki keselarasan komponen ruang dan ornamen-ornamennya merupakan representatif estetis suatu seni bangun dan seni rupa yang dapat digunakan sebagai wahana pendidikan. 
Nilai Ekonomi : Pembangunan Sewokoprojo menandai munculnya pusat aglomerasi penduduk bercorak perkotaan di Gunungkidul tepatnya di wilayah yang disebut sebagai “ledok” Wonosari (Wonosari kom). Sebelumnya Kabupaten Gunungkidul memiliki kantong-kantong aglomerasi yang menyebar di terutama di wilayah pinggiran kabupaten seperti di Semanu; Ponjong; Panggang; dan Patuk yang tumbuh karena kemudahan akses dan interaksi dengan wilayah di luar Gunungkidul. Berdasar berbagai catatan kolonial, semenjak pergantian abad, Wonosari mulai tumbuh sebagai pusat berbagai kegiatan baik administrasi, sosial dan budaya. Bangsal Sewokoprojo merupakan salah satu bangunan pertama yang dibangun di wilayah “ledok” Wonosari dan menjadi salah satu yang terpenting karena fungsinya sebagai pusat administrasi dan pemerintahan. Semenjak itu, berbagai pembangunan infrastruktur pemerintahan dan pemukiman di dusun Purbosari dan sekitarnya mulai dilakukan semisal Tangsi, Pasar; Rumah sakit (hulp hospital, cabang dari Petronella/Panti Rapih, 1915), vervolks school (1924), Gereja Kristen Jawi, dan organisasi Muhammadiyah di Piyaman (1920-an). 
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul
Pengelolaan
Nama Pengelola : Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul
Catatan Khusus : Koordinat pada NR: UTM : 49 L  X : 0456213  Y : 9119443