Bangunan Islam 1 M 1500 M (1500)
Nama Lainnya : Petilasan Ki Ageng Giring III
Petilasan Ki Ageng Giring III merupakan sebuah kompleks pemakaman. Kompleks petilasan ini memiliki tiga pintu gerbang. Gerbang pertama menuju halaman paling depan, untuk pemakaman umum. Gerbang kedua, melewati gapura berbentuk bentar (bangunan baru). Di halaman kedua ada makam para pengikut Ki Ageng Giring (wawancara dengan Surakso Sartoyo). Gerbang ketiga, gerbang ini adalah sebuah daun pintu yang tingginya sekitar 90 cm, untuk menuju makam Ki Ageng Giring III. Posisi makam Ki Ageng Giring III lebih tinggi dibanding makam lain. Dari gapura bentar ke cungkup Ki Ageng Giring dihubungkan oleh doorloop.
Dari WBCB | : | Petilasan Ki Ageng Giring III |
Lokasi Bangunan | : |
Sodo, Kec. Paliyan, Gunung Kidul
Kel. Sodo
Kec. Paliyan
Kab. Gunungkidul
Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta
Koordinat -8.004580 ; 110.559003 |
No. Registrasi Daerah | : | R0017/TACBGK/12/2017 |
SK Gubernur | : | SK Gub. No 210/KEP/2010 |
Koordinat Penemuan | : | ; |
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Jenis Struktur | : | Tradisional |
Jenis Bangunan | : | Tradisional |
Fungsi Bangunan | : | Religi/Keagamaan |
Komponen Pelengkap | : |
|
Fungsi Situs | : | Religi/Keagamaan |
Fungsi | : | Religi/Keagamaan |
Tokoh | : | Ki Ageng Giring III |
Peristiwa Sejarah | : | Menurut keterangan Mas Lurah Surakso Hartoyo, petilasan Giring dibangun oleh Sultan HB IX, yakni membuat cungkup dan pendapa makam. Tahun 1983 mendapat bantuan dana dari Presiden Suharto dan dipakai untuk membuat masjid yang terletak di dekat pintu masuk makam. Sekitar tahun 1998/1999 trah HB II melakukan pembangunan berupa gapura bentar dan doorloop.Petilasan Ki Ageng Giring III pada tahun 2011 direhab oleh Dinas Kebudayaan. Di halaman depan sebelum masuk kompleks pemakaman dibangun sebuah tetenger yang terbuat dari batu hitam.Berdasarkan cerita yang berkembang di kalangan masyarakat setempat, Ki Ageng Giring III adalah keturunan dari Brawijaya (Kerajaan Majapahit). Ki Ageng Giring III atau disebut juga dengan nama Ki Ageng Paderesan karena pekerjaannya sebagai pembuat gula aren. Ki Ageng Giring memiliki putri bernama Kanjeng Ratu Giring (Rara Lembayung) yang kemudian menikah dengan Panembahan Senapati. Rara Lembayung dan Panembahan Senapati memiliki seorang anak laki-laki.Untuk mengetahui peran Ki Ageng Giring III dalam sejarah Mataram, maka penting untuk melihat konsep kekuasaan dan elemen yang membentuk kekuasaan tersebut. Sejarah perkembangan Kerajaan Mataram dan tata administrasinya tidak lepas dari perkembangan Islam dan institusi politik.Dinasti Mataram menurut G. Moedjanto (1987: 104-105) adalah keturunan rakyat jelata. Asal-usul seperti itu mendorong penyusunan silsilah politik untuk menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan pilihan dan utama, sebagaimana terlukis dalam kalimat trahing kusuma, rembesing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih (G. Moedjanto, 1987: 86). Dengan kata lain, silsilah ini juga menjadi legitimasi bagi mereka untuk menduduki jabatan tinggi.Legitimasi kekuasaan melalui penyusunan silsilah politik dilakukan pewaris tahta Mataram dengan menarik garis keturunan ke-46 Nabi Adam hingga Brawijaya V sebagai raja Majapahit terakhir. Di samping itu, keunggulan juga mereka tunjukkan melalui silsilah politik sebagai keturunan para wali.Perkawinan antara Panembahan Senapati dengan Rara Lembayung putri Ki Ageng Giring yang keturunan Brawijaya dari Majapahit merupakan salah satu cara untuk menopang kedudukan Senapati, raja pertama Kerajaan Mataram.Di samping itu, banyak pula cerita tutur yang berkembang di masyarakat tentang wahyu keprabon yang dimiliki oleh Ki Ageng Giring III, apabila dia berhasil meminum air kelapa muda (degan). Namun yang akhirnya berhasil meminum air kelapa muda itu adalah Ki Pemanahan, sahabat Ki Ageng Giring, dan tahta Mataram jatuh ke anak keturunan Ki Pemanahan.Sampai sekarang petilasan tersebut diyakini oleh masyarakat umum dan juga dari kraton sebagai tempat yang memiliki tuah atau berkah. Banyak peziarah dari berbagai daerah yang datang ke tempat tersebut dengan berbagai kepentingan (wawancara dengan Surakso Hartoyo). |
Nama Pemilik Terakhir | : | - |
Nama Pengelola | : | - |