Peristiwa Sejarah |
: |
Kantor Pegadaian Wonosari mulanya merupakan gouvernement Pandhuis yang dibangun setelah dikeluarkannya besluit pemerintah pada 1914.Adapun secara umum, pendirian pandhuis atau Rumah Gadai telah ada semenjak masa VOC di Batavia yang mulanya bertujuan untuk melangsungkan transaksi kredit dibawah 100 guilders. Pada pada abad ke-18, VOC mulai memonopoli aktifitas pandhuis yang terbukti memberi banyak keuntungan yang dihasilkan dari penerapan bunga pinjaman—antara 3% s./d. 6%—maupun hasil lelang barang gadaian.Hal tersebut berlanjut hingga era kolonial dimana pemerintah juga berusaha untuk memonopoli transaksi kredit skala kecil dengan mendirikan gouvernement pandhuis atau rumah gadai pemerintah. Ketentuan mengenai hal ini berdasar pada Staadblad (Lembar Negara) tahun 1914 no. 794, besluit (keputusan) pertanggal 29 December 1914 No. 46 yang mengatur mengenai pelaksanaan monopoli rumah gadai di Yogyakarta dan tempat-tempat dimana rumah gadai pemerintah akan didirikan (Bepaling dat in de residentie Djokjakarta de exploitatie van pandhuizen in eigen beheer wordt genomen. Aanwijzing van plaatsen in dat gewest waar Gouvernementspandhuizen zullen zijn gevestigd).Pada kurun waktu antara tahun 1913-1914, di Yogyakarta, didirikan secara serentak rumah gadai yakni Lempoejangan (Lempuyangan)—sebagai pusat (hoofdkantoor)—Gondomanan, Godean, Tempel, Sleman, Prambanan, Imogiri, Bantul, Jogoyudan, Sentolo, Brosot, dan Gunungkidul—tepatnya di Wonosari.Berdasarkan uitvoeringsplan van werken (rencana kerja) untuk tahun 1931 yang dikeluarkan oleh directeur van de B.O.W. (Burgerlijk Openbare Werken, DPU saat ini) Yogyakarta, Kantor Pegadaian Wonosari memperoleh danauntuk renovasi sejumlah f. 31.500 yang dibagi untuk meluaskan (Verbatering) pandhuizen di Brosot, Imogiri, dan Sentolo (Soerabaiasch-Handelsblad Dinsdag 10 Februari 1931. 79ste Jaargang No. 33. Negende Blaad).Di Yogyakarta, pegawai pandhuis yang tergabung dalam (PPPB, Perserikatan Pegawai Pandhuis Bumiputera, atau Indische Pandhuis Vereneging) pada tahun 1922 mengorganisir aksi mogok besar-besaran terutama untuk menentang kebijakan rasionalisasi pegawai yang diterapkan oleh pemerintah kolonial (Blumberger, 1987: 140) . |