Loading

Deskripsi Singkat

Arca Menhir yang dilakukan pengkajian adalah arca menhir dengan nomor inventaris D.89b merupakan hasil kegiatan pengamanan tahun 1996.
Menhir adalah batu tegak berdatar hasil peninggalan tradisi megalitik. Menhir yang merupakan objek pemujaan, pada umumnya ditancapkan pada posisi berdiri, walaupun ada yang terlentang. Menhir dikenal juga dengan istilah batu mayat, batu bedil, batu tegak, dan batu meriam. Arca menhir berbentuk bulat pejal memanjang. Permukaan arca menhir terutama pada bagian badan, leher, dan muka dipahat sangat halus. Secara visual arca menhir tersebut dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Kepala
Bagian kepala ini mulai dari bagian leher sampai sebatas kepala. Pada bagian permukaan leher sampai sebatas kepala ini dipahat dengan sangat halus. Pada bagian kiri-kanan kepala terdapat guratan telinga dengan panjang ± 35 cm. Seperti halnya lengan tangan, kondisi guratan telinga sebelah kiri terlihat samar-samar karena guratannya telah aus, sedangkan guratan telinga sebelah kanan terlihat masih utuh.
Pada bagian kepala ini juga terdapat permukaan wajah dengan guratan yang sangat halus. Guratan wajah ini dibentuk cekung dengan bagian mata, hidung dan mulut terlihat samar-samar karena sudah aus.
b. Badan
Bagian badan ini mulai dari bagian ujung bawah atau bagian yang terpendam tanah sampai bahu. Pada bagian bahu sisi kanan-kiri terdapat guratan membentuk tangan dengan posisi lurus atau tegap.
4
Kondisi guratan lengan tangan kiri terlihat samar-samar karena guratannya telah aus dan tampak jari berjumlah 4 buah yang kemungkinan bagian ibu jari tidak ada atau hilang. Pada guratan lengan tangan kanan kondisinya berbeda dengan tangan kiri yaitu bagian jari tidak tampak atau aus. Kondisi permukaan badan dipahat dengan sangat halus.
Bagian pangkal arca atau bagian yang terpendam tanah bentuknya lebih mengecil dibandingkan bagian badannya. Hal ini karena bagian pangkal merupakan bagian yang terpendam atau tidak tampak bila posisinya berdiri.


Ukuran:
Panjang keseluruhan : 408cm
Tinggi wajah : 40cm
Lebar wajah : 28cm
Tinggi leher : 39cm
Lebar leher : 22cm
Tinggi badan : 289cm
Lebar badan : 33cm
Tebal badan : 27cm
Panjang tangan : 116cm
Panjang pakal : 60cm

Kondisi Saat Ini:
Kondisi benda masih dalam keadaan utuh. Pahatan atau guratan wajah dan tangan masih tampak samar-samar.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Prasejarah
Nama Lainnya : D 89b
Alamat : Bleberan, Bleberan, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.9534475322629° S, 110.50513995178° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati GUnungkidul No128/KPTS/2018
No. Registrasi Daerah : R0014/TACBGK/06/2017


Lokasi Arca Menhir D.89b di Peta

Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : Utuh dan Terawat,Utuh / Rusak Ringan,
Dimensi Benda : Panjang 408
Lebar 33
Tinggi 289
Tebal 27
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : Abu-abu
Ciri Fisik Benda
Warna : Abu-abu
Fungsi Benda
Fungsi Dulu : Penyembahan terhadap Roh Nenek Moyang.
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Sejarah penemuan menhir secara pasti tidak diketahui, namun arca tersebut sejak dahulu berada dilahan sawah milik ibu Sujilah di Dusun Bleberan atau di bagian selatan situs penampungan Bleberan.Riwayat penanganan menhir yaitu pada tahun 1998 dilakukan pengamanan temuan dengan memindahkan ke penampungan benda cagar budaya lepas di Bleberan. Setelah itu dilakukan registrasi benda temuan lepas dengan nomor inventarisasi D.89b.Arca menhir merupakan peninggalan budaya prasejarah masa Megalitikum. Pada masa Megalitikum, arca menhir merupakan perwujudan tokoh yang telah meninggal dunia. Menhir juga berfungsi sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang dan sebagai tanda peringatan. Pada budaya Megalitikum arca menhir diwujudkan dengan raut muka manusia.Sejak jaman Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian Van der Hoop ( Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980:27) . Kemudian pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980:27).Prof. Dr. Sumiati AS, mengemukakan bahwa arca menhir5tidak dapat dilepaskan dari tradisi megalitik, terutama dengan konsep latar belakang kepercayaan. Hal tersebut disebabkan oleh karena di dalam tradisi Megalitik dikenal suatu konsep adanya kehidupan kembali sesudah mati. Atas dasar konsep itu maka dalam masyarakat Megalitikum muncul kebiasaan melakukan pemujaan nenek moyang. Melalui pemujaan nenek moyang, tradisi Megalitik berkeyakinan bahwa hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup akan tetap terjalin. Selain itu juga bahwa dalam masyarakat megalitikum mengenal suatu tradisi membuat sesuatu, yang dapat digunakan sebagai perantara untuk mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Salah satu hasilnya adalah arca menhir. Von Heine Gelgern juga mengemukakan pendapatnya bahwa arca yang mempunyai bentuk sederhana dapat dianggap sebagai perwujudan nenek moyang.Melihat arca menhir yang ditemukan di daerah Gunungkidul berbentuk sederhana, maka dimungkinkan bahwa arca menhir Gunungkidul diciptakan dengan tujuan sebagai perwujudan nenek moyang.Masyarakat pada masa itu mengharapkan bahwa dengan perantara arca tersebut, dapat selalu mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Sementara ini di daerah Gunungkidul arca menhir ditemukan di Gondang, Playen, Sokoliman dan Bleberan.Arca-arca sejenis yang berada Gunungkidul pada umumnya juga ditemukan di daerah Sulawesi Tengah. Kebiasaan membuat arca perwujudan ini masih berlangsung di daerah lain seperti Suku Asmat di Irian Jaya, Suku Toraja di Sulawesi Selatan, dan Dayak di Kalimantan.Di Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaan situs Megalitikum dengan spesifik temuan arca menhir hanya ditemukan di daerah Gunungkidul termasuk di Playen, Bleberan, dan Sokoliman sehingga keberadaannya perlu dilindungi kelestariannya.SPSP DIY (sekarang BPCB DIY) pada tahun 1998 melakukan kegiatan pengamanan, inventarisasi benda cagar budaya lepas di kecamatan Playen dan membuat situs penampungan Bleberan.
Nilai Sejarah : Arca menhir D.89b merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia prasejarah di wilayah Yogyakarta. Pada dasarnya menhir digunakan untuk pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang
Nilai Ilmu Pengetahuan : Arca menhir D.89b mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi. Bagi ilmu arkeologi, arca menhir dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada jaman prasejarah sebelum mengenal agama.
Nilai Pendidikan : Arca Menhir D.89b merupakan bukti konkret hasil karya peradaban masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu arkeologi, sejarah, dan budaya.
Nilai Budaya : Dari segi kebudayaan, eksistensi arca menhir tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua sehingga memperkaya khasanah budaya Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : BPCB DIY
Alamat Pemilik : Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Keniten, Tamanmartani, Kec. Kalasan,
Nomer Kontak : (0274) 496019
Pengelolaan
Nama Pengelola : BPCB DIY