Loading

Deskripsi Singkat

Arca megalitik ini oleh masyarakat dinamakan arca “Mbah Gandhok”. Berdasarkan laporan kegiatan pemetaan situs kepurbakalaan di Sokoliman tahun 1982, diketahui bahwa arca megalitih ini berupa dua buah arca yang berdampingan dibentuk dalam satu batu Monolith.
Pada tahun 2006 diketahui bahwa satu bagian arcanya telah hilang dirusak orang yang tidak bertanggungjawab. Pada tahun 2013 dilakukan pengamanan dan sekarang disimpan di lokasi situs penampungan Sokoliman.
Ciri fisik arca:
1. Mata bulat
2. Hidung pesek
3. Mulut terbuka


Kondisi terawat, dan diletakkan di halaman depan Situs Penampungan Sokoliman
4. Memiliki 2 badan (yang sebelah kanan tanpa kepala/hilang)

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Prasejarah
Nama Lainnya : D 20
Alamat : Dusun Sokoliman I, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.911281798877° S, 110.66270349629° E

SK Walikota/Bupati : SK Bupati Gunungkidul No 134/KPTS/2018
No. Registrasi Daerah : R0020/TACBGK/12/2017


Lokasi Arca Megalith D.20 di Peta

Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : /
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 25
Tinggi 115
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : Abu-abu
Ciri Fisik Benda
Warna : Abu-abu
Fungsi Benda
Fungsi Dulu : Pemujaan Roh Nenek Moyang.
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Arca Megalith D.20 pada tahun 1981 sudah berada di lahan tegalan milik Bapak Wadiyo, kemudian tercatat dalam buku laporan Kegiatan Pemetaan Situs Kepurbakalaan Sokoliman pada tahun 1982. Kemudian pada tahun 1985 dilakukan inventarisasi oleh kantor SPSP DIY dan diberi nomor inventarisasi D.20. Pada tahun 2009 dilakukan herinventarisasi dengan posisi arca masih ditempat semula dan baru diketahui bagian arca sebelah telah hilang.Arca Megalith D.20 atau dikenal dengan arca Mbah Gandok merupakan salah satu bagian dari persebaran arca menhir di kawasan Situs Sokoliman.Situs Sokoliman merupakan situs prasejarah masa Megalitikum dengan tinggalan arkeologisnya berupa peti kubur batu, arca menhir, dan menhir. Pada masa Megalitikum, peti kubur batu digunakan sebagai wadah penguburan secara primer, sedangkan menhir merupakan perwujudan tokoh yang telah meninggal dunia. Menhir juga berfungsi sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang dan sebagai tanda peringatan. Budaya Megalitikum Sokoliman mempunyai keistimewaan terutama pada pengarcaan menhir yang dipahatkan dengan bentuk raut muka manusia.Sejak jaman Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian Van der Hoop ( Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980:27) . Kemudian pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980:27). Berdasarkan pengamatannya arca menhir di Sokoliman memiliki tanda-tanda mulut digambarkan kecil dengan mata bulat dan hidung pesek.Prof. Dr. Sumiati AS, mengemukakan bahwa arca menhir tidak dapat dilepaskan dari tradisi megalitik, terutama dengan konsep latar belakang kepercayaan. Hal tersebut disebabkan didalam tradisi Megalitik dikenal suatu konsep adanya kehidupan kembali sesudah mati. Atas dasar konsep itu maka dalam masyarakat Megalitikum muncul kebiasaan melakukan pemujaan nenek moyang. Melalui pemujaan nenek moyang, tradisi Megalitik berkeyakinan bahwa hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup akan tetap terjalin. Selain itu juga bahwa dalam masyarakat Megalitikum mengenal suatu tradisi membuat sesuatu, yang dapat digunakan sebagai perantara untuk mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Salah satu hasilnya adalah arca menhir. Juga Von Heine Gelgern mengemukakan pendapatnya bahwa arca yang mempunyai bentuk sederhana dapat dianggap sebagai perwujudan nenek moyang.Melihat arca menhir yang ditemukan di daerah Gunungkidul berbentuk sederhana, maka dimungkinkan bahwa arca menhir Gunungkidul diciptakan dengan tujuan sebagai perwujudan nenek moyang.Masyarakat pada masa itu mengharapkan bahwa dengan perantara arca tersebut, dapat selalu mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Sementara ini di daerah Gunungkidul arca menhir ditemukan di Gondang, Playen, Sokoliman, dan Bleberan.Arca-arca yang sejenis di Sokoliman atau Gunungkidul pada umumnya juga ditemukan di daerah Sulawesi Tengah. Kebiasaan membuat arca perwujudan ini masih berlangsung di daerah lain seperti Suku Asmat di Irian Jaya, Suku Toraja di Sulawesi Selatan, dan Dayak di Kalimantan.Di Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaan arca Megalitikum dengan khususnya arca menhir/megalith/ yang sering dikenal sebagai Mbah Gandhok merupakan arca yang hanya satu-satunya ditemukan di Sokoliman sehingga keberadaannya perlu dilindungi kelestariannya.
Nilai Sejarah : Arca Megalith D.20 dari Situs Penampungan Sokoliman atau arca Mbah Gandhok merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia prasejarah di wilayah Yogyakarta. Pada dasarnya menhir digunakan untuk pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Arca Megalith D.20 dari Situs Penampungan Sokoliman atau arca Mbah Gandhok mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, dan sejarah.Menhir dapat digunakan sebagai kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada jaman prasejarah sebelum mengenal agama.
Nilai Pendidikan : Arca Menhir merupakan bukti konkret hasil karya peradaban Masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu arkeologi, sejarah, dan budaya.
Nilai Budaya : Dari segi kebudayaan, eksistensi arca menhir tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua sehingga memperkaya khasanah budaya Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Pemerintah
Pengelolaan
Nama Pengelola : BPCB DIY
Alamat Pengelola : Jl. Raya Solo - Yogyakarta No.15, Keniten, Tamanmartani, Kec. Kalasan,
Nomer Kontak : (0274) 496019