Peristiwa Sejarah |
: |
Arca Megalith D.20 pada tahun 1981 sudah berada di lahan tegalan milik Bapak Wadiyo, kemudian tercatat dalam buku laporan Kegiatan Pemetaan Situs Kepurbakalaan Sokoliman pada tahun 1982. Kemudian pada tahun 1985 dilakukan inventarisasi oleh kantor SPSP DIY dan diberi nomor inventarisasi D.20. Pada tahun 2009 dilakukan herinventarisasi dengan posisi arca masih ditempat semula dan baru diketahui bagian arca sebelah telah hilang.Arca Megalith D.20 atau dikenal dengan arca Mbah Gandok merupakan salah satu bagian dari persebaran arca menhir di kawasan Situs Sokoliman.Situs Sokoliman merupakan situs prasejarah masa Megalitikum dengan tinggalan arkeologisnya berupa peti kubur batu, arca menhir, dan menhir. Pada masa Megalitikum, peti kubur batu digunakan sebagai wadah penguburan secara primer, sedangkan menhir merupakan perwujudan tokoh yang telah meninggal dunia. Menhir juga berfungsi sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang dan sebagai tanda peringatan. Budaya Megalitikum Sokoliman mempunyai keistimewaan terutama pada pengarcaan menhir yang dipahatkan dengan bentuk raut muka manusia.Sejak jaman Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, kemudian Van der Hoop ( Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980:27) . Kemudian pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap obyek-obyek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980:27). Berdasarkan pengamatannya arca menhir di Sokoliman memiliki tanda-tanda mulut digambarkan kecil dengan mata bulat dan hidung pesek.Prof. Dr. Sumiati AS, mengemukakan bahwa arca menhir tidak dapat dilepaskan dari tradisi megalitik, terutama dengan konsep latar belakang kepercayaan. Hal tersebut disebabkan didalam tradisi Megalitik dikenal suatu konsep adanya kehidupan kembali sesudah mati. Atas dasar konsep itu maka dalam masyarakat Megalitikum muncul kebiasaan melakukan pemujaan nenek moyang. Melalui pemujaan nenek moyang, tradisi Megalitik berkeyakinan bahwa hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup akan tetap terjalin. Selain itu juga bahwa dalam masyarakat Megalitikum mengenal suatu tradisi membuat sesuatu, yang dapat digunakan sebagai perantara untuk mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Salah satu hasilnya adalah arca menhir. Juga Von Heine Gelgern mengemukakan pendapatnya bahwa arca yang mempunyai bentuk sederhana dapat dianggap sebagai perwujudan nenek moyang.Melihat arca menhir yang ditemukan di daerah Gunungkidul berbentuk sederhana, maka dimungkinkan bahwa arca menhir Gunungkidul diciptakan dengan tujuan sebagai perwujudan nenek moyang.Masyarakat pada masa itu mengharapkan bahwa dengan perantara arca tersebut, dapat selalu mengadakan hubungan dengan orang yang sudah meninggal. Sementara ini di daerah Gunungkidul arca menhir ditemukan di Gondang, Playen, Sokoliman, dan Bleberan.Arca-arca yang sejenis di Sokoliman atau Gunungkidul pada umumnya juga ditemukan di daerah Sulawesi Tengah. Kebiasaan membuat arca perwujudan ini masih berlangsung di daerah lain seperti Suku Asmat di Irian Jaya, Suku Toraja di Sulawesi Selatan, dan Dayak di Kalimantan.Di Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaan arca Megalitikum dengan khususnya arca menhir/megalith/ yang sering dikenal sebagai Mbah Gandhok merupakan arca yang hanya satu-satunya ditemukan di Sokoliman sehingga keberadaannya perlu dilindungi kelestariannya. |