Loading

Menhir 04.1.24 Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2

Status : Benda Cagar Budaya

Deskripsi Singkat

Menhir 04.1.24 berada di sebuah taman yang berlokasi di halaman Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2 dalam posisi tegak atau berdiri. Menhir tersebut diletakkan bersama dengan dua buah menhir lain yang semuanya berasal daerah Beji Mojosari, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Orientasi atau arah hadap ketiga menhir adalah utara dengan menhir 04.1.24 berdiri paling timur. Taman yang digunakan untuk meletakkan ke-3 menhir merupakan tanah yang ditinggikan sedemikan rupa kemudian disemen cor membentuk semacam bukit kecil. Ketiga menhir berdiri di atas tanah yang ditinggikan tersebut. Menhir 04.1.24 didirikan dengan bagian kaki tertanam ke dalam tanah yang ditutup oleh semen cor. Dengan demikian, posisi menhir yang bisa dilihat hanya sebagian yang terletak di atas semen cor tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan, Menhir 04.1.24 memiliki bagian sebagai berikut : pada bagian bawah terdapat kaki menhir yang tertutup semen cor, pada bagian tengah terdapat badan, kemudian pada bagian atas terdapat kepala menhir.
Pada bagian bawah atau kaki menhir tidak bisa dideskripsikan karena tertanam di bawah semen cor. Pada bagian badan menhir terdapat tangan di sebelah kiri dan kanan. Kedua tangan tersebut terlihat jelas dengan siku yang berbelok ke arah badan depan. Pada ujung kedua tangan terdapat jari tangan tetapi karena aus, maka tidak bisa diidentifikasi. Badan bagian atas terdapat pundak atau bahu.
Pada bagian kepala terdapat leher, wajah, dan telinga. Leher dibentuk diantara muka dan bahu. Kepala menhir berbentuk bulat telur sementara wajah berbentuk oval. Pada bagian wajah terdapat hidung, mata (samar-samar), dan alis. Bentuk hidung dan alis menyatu. Hidung bagian bawah berbentuk kotak. Mata kiri hanya terlihat secara samar-samar sementara mata kanan tidak kelihatan. Pada bagian kiri dan kanan kepala terdapat telinga.
Secara umum bentuk badan menhir tidak begitu bulat, ada upaya untuk membentuk badan menhir menyerupai badan manusia yang cenderung pipih jika di lihat dari samping. Kondisi menhir sudah sangat aus. Seluruh permukaan menhir mendapatkan banyak luka gores

Ukuran Menhir

a. Tinggi : 162cm
b. Panjang kepala : 38 cm
c. Lebar kepala : 31 cm
d. Panjang leher : 12 cm
e. Lebar Leher : 25 cm
f. Bahu kanan : 5 cm
g. Bahu kiri : 7 cm
h. Lebar bahu : 37 cm
i. Tinggi tangan kanan : 55 cm
j. Tinggi tangan kiri : 49 cm
k. Lebar keseluruhan : 40 cm
l. Tinggi s/d bahu : 104 cm

Kondisi Saat ini

Menhir 04.1.24 berada di tempat terbuka di halaman Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2, tepatnya di taman sisi selatan, sebelah timur pintu masuk Museum. Secara umum kondisi menhir sudah aus.

Status : Benda Cagar Budaya
Periodesasi : Prasejarah
Alamat : Jl. Wijilan No. 27 D Lokasi penyimpanan di Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinat:
7.8044592480115° S, 110.36633558962° E

SK Walikota/Bupati : KepBup Nomor 191/KPTS/2020
No. Registrasi Daerah : R0092/TACBGK/02/2020


Lokasi Menhir 04.1.24 Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2 di Peta

Tahun Perolehan : Diamati kembali oleh Sumijati pada tahun 1980
Nama Penemu : Diamati kembali oleh Sumijati pada tahun 1980
Lokasi Penemuan : Selokan Sawah Martorejo di daerah Beji Mojosari (sekarang masuk Padukuhan Playen II), Desa Playen, Kecamatan Playen, Gunungkidul.
Bahan Utama : Batu Batu Putih
Keterawatan : Utuh dan Terawat,Utuh / Rusak Ringan,
Dimensi Benda : Panjang -
Lebar 40
Tinggi 162
Tebal -
Diameter -
Berat -
Ciri Fisik Benda
Warna : Abu-abu
Cara Pembuatan : Dipahat
Ragam Hias : Menyerupai manusia dengan bentuk kepala, wajah, telinga, leher, tangan, kaki
Ciri Fisik Benda
Warna : Abu-abu
Cara Pembuatan : Dipahat
Ragam Hias : Menyerupai manusia dengan bentuk kepala, wajah, telinga, leher, tangan, kaki
Fungsi Benda
Fungsi Dulu : Benda sakral, salah satu diantaranya sebagai sarana pemujaan terhadap nenek moyang.
Fungsi Sekarang : Koleksi Museum
Ragam Hias : Menyerupai manusia dengan bentuk kepala, wajah, telinga, leher, tangan, kaki
Dimensi Struktur
Gambaran Umum Bentuk Bangunan
Peristiwa Sejarah : Benda-benda peninggalan masa Megalitik banyak ditemukan di daerah Gunungkidul, terutama di wilayah kecamatan Ponjong, Karangmojo, Paliyan, Playen, dan Saptosari. Istilah megalitik sendiri digunakan untuk menyebutkan salah satu budaya yang menggunakan batu-batu besar sebagai sarananya. Benda-benda yang terbuat dari batu tersebut dibuat dengan tujuan sakral salah satu diantaranya sebagai sarana pemujaan terhadap nenek moyang. Dengan melakukan tradisi pemujaan terhadap nenek moyang, pendukung tradisi megalitik (manusia prasejarah) percaya bahwa kehidupan mereka akan terhindar dari ancaman bahaya. Kehadiran nenek moyang yang dipuja dengam media benda-benda megalitik akan menimbulkan kedamaian, ketentraman, kesuburan, dan keselamatan.Sejarah penemuan Menhir 04.1.24 berdasarkan catatan hasil penelitian Sumijati merupakan salah satu menhir yang ditemukan di Selokan Sawah Martorejo di daerah Beji M ojosari (sekarang masuk Padukuhan Playen II), Desa Playen, Kecamatan Playen. Ketika diamati kembali oleh Sumijati pada tahun 1980, Menhir 04.1.24 (Sumiyati menyebut sebagai Arca Menhir Beji Nomor 3) ditemukan bersebelahan dengan dua menhir yang lain. Demikian adalah catatan hasil pengamatan Sumiyati As terhadap Menhir 04.1.24 : “ Diantara arca-arca menhir yang ditemukan di Beji Mojosari, area menhir ini merupakan area yang paling bagus, karena pada bagian muka digambarkan dengan jelas. Arca ini mempunyai (ciri): muka bulat telur dengan panjang 38 cm, lebar 31 cm. Alis digambarkan lurus dan menjadi satu dengan garis hidung, bagian ujung hidung berbentuk segi empat. Mata dan mulut tidak digambarkan. Telinga.panjang, angan ada disamping badan. Jari-jari tidak dapat diketahui, karena sebagian (badan) arca ada di dalam air. Tinggi arca dari permukaan tanah dasar parit 170 cm, tebal badan 21 cm dan lebar 36 cm. Sedang lebar lehernya 25 cm dan panjang 12 cm. Lebar pundak kanan kiri masing-masing 6,5 cm.”Pada tahun 1986 BPCB melakukan inventarisasi Cagar Budaya di Kecamatan Playen. Pada kegiatan tersebut BPCB memberikan nomor inventarisasi terhadap tiga menhir yang telah diamati oleh Sumiyati di atas. Menhir-menhir tersebut mendapatkan nomor inventaris D78a, D78b, dan D78c. Pada tahun yang sama tiga menhir dari Beji Mojosari dibawa ke Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Berdasarkan catatan buku registrasi Museum Negeri Sonobudoyo : Pada tanggal 30 Maret 1996, 3 menhir dari Beji Mojosari menjadi Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo dengan biaya pemrosesan sebesar Rp 1.753.000,-. Catatan ini tertulis pada Buku registrai Sonobudoyo No. 601.Menhir D78a, D78b, dan D78c selanjutnya mendapatkan kode baru, menyesuaikan kode inventarisasi Museum Negeri Sonobudoyo. Menhir D78a mendapatkan kode 04.1.26, Menhir D78b mendapatkan kode 04.1.25, dan Menhir D78c mendapatkan kode 04.1.24. Nomor inventarisasi dari Museum Negeri Sonobudoyo Jika diuraikan memiliki arti sebagai berikut : Sebagai contoh 04.1.26 (misalnya) 04. sebagai kode Klasifikasi Arkeologi, 1 sebagai kode masa prasejarah, dan 26 sebagai kode urutan koleksi. Tiga buah menhir dari Beji Mojosari saat ini diletakkan di sebuah taman terbuka. Taman tersebut berada di sisi selatan halaman Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2. Tiga buah Menhir diletakkan dalam posisi berdiri menghadap utara dengan posisi berurutan dari tumur ke barat : menhir 04.1.24, 04.1.25, dan 04.1.26. Menhir 04.1.26 berada paling kanan (barat). Menhir 04.1.25 berada di tengah dalam posisi lebih tinggi dibandingkan 2 menhir yang lain. Tidak diketahui dengan pasti, siapa dan kapan yang pertama kali meletakkan ketiga menhir tersebut. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber, pada tahun 2012 taman tersebut mengalami perbaikan. Perbaikan berupa pengerasan pada bagian permukaan tanah yang ditutup dengan semen atau cor. (Lihat Foto Dokumentasi) Pada bagian barat taman terdapat sebuah penanda dari semen bertuliskan : “Dengan semangat pengabdian, tanggung jawab, dan kebersamaan untuk menata menhir. Sebagai upaya pelestarian Warisan Budaya Leluhur. Yogyakarta Mei 2012. Oleh : Drs. Bugiswanto, Drs. Gede Adi A., Sunitro SH., V.S. Subandi Komari, Supriyanto, Ant. Sumariyadi Hardiyono SE., Wiwindu S., P. Budi S.”.
Konteks :
Riwayat Penemuan : Sejarah penemuan Menhir 04.1.24 berdasarkan catatan hasil penelitian Sumijati merupakan salah satu menhir yang ditemukan di Selokan Sawah Martorejo di daerah Beji M ojosari (sekarang masuk Padukuhan Playen II), Desa Playen, Kecamatan Playen. Ketika diamati kembali oleh Sumijati pada tahun 1980, Menhir 04.1.24 (Sumiyati menyebut sebagai Arca Menhir Beji Nomor 3) ditemukan bersebelahan dengan dua menhir yang lain. Demikian adalah catatan hasil pengamatan Sumiyati As terhadap Menhir 04.1.24 : “ Diantara arca-arca menhir yang ditemukan di Beji Mojosari, area menhir ini merupakan area yang paling bagus, karena pada bagian muka digambarkan dengan jelas. Arca ini mempunyai (ciri): muka bulat telur dengan panjang 38 cm, lebar 31 cm. Alis digambarkan lurus dan menjadi satu dengan garis hidung, bagian ujung hidung berbentuk segi empat. Mata dan mulut tidak digambarkan. Telinga.panjang, angan ada disamping badan. Jari-jari tidak dapat diketahui, karena sebagian (badan) arca ada di dalam air. Tinggi arca dari permukaan tanah dasar parit 170 cm, tebal badan 21 cm dan lebar 36 cm. Sedang lebar lehernya 25 cm dan panjang 12 cm. Lebar pundak kanan kiri masing-masing 6,5 cm.”Pada tahun 1986 BPCB melakukan inventarisasi Cagar Budaya di Kecamatan Playen. Pada kegiatan tersebut BPCB memberikan nomor inventarisasi terhadap tiga menhir yang telah diamati oleh Sumiyati di atas. Menhir-menhir tersebut mendapatkan nomor inventaris D78a, D78b, dan D78c. Pada tahun yang sama tiga menhir dari Beji Mojosari dibawa ke Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta. Berdasarkan catatan buku registrasi Museum Negeri Sonobudoyo : Pada tanggal 30 Maret 1996, 3 menhir dari Beji Mojosari menjadi Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo dengan biaya pemrosesan sebesar Rp 1.753.000,-. Catatan ini tertulis pada Buku registrai Sonobudoyo No. 601.Menhir D78a, D78b, dan D78c selanjutnya mendapatkan kode baru, menyesuaikan kode inventarisasi Museum Negeri Sonobudoyo. Menhir D78a mendapatkan kode 04.1.26, Menhir D78b mendapatkan kode 04.1.25, dan Menhir D78c mendapatkan kode 04.1.24. Nomor inventarisasi dari Museum negeri Sonobudoyo Jika diuraikan memiliki arti sebagai berikut :Sebagai contoh 04.1.26 (misalnya)04. sebagai kode Klasifikasi Arkeologi,1 sebagai kode masa prasejarah, dan25 sebagai kode urutan koleksi.Tiga buah menhir dari Beji Mojosari saat ini diletakkan di sebuah taman terbuka. Taman tersebut berada di sisi selatan halaman Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2. Tiga buah Menhir diletakkan dalam posisi berdiri menghadap utara dengan posisi berurutan dari tumur ke barat : menhir 04.1.24, 04.1.25, dan 04.1.26. Menhir 04.1.26 berada paling kanan (barat). Menhir 04.1.25 berada di tengah dalam posisi lebih tinggi dibandingkan 2 menhir yang lain. Tidak diketahui dengan pasti, siapa dan kapan yang pertama kali meletakkan ketiga menhir tersebut. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber, pada tahun 2012 taman tersebut mengalami perbaikan. Perbaikan berupa pengerasan pada bagian permukaan tanah yang ditutup dengan semen atau cor. (Lihat Foto Dokumentasi) Pada bagian barat taman terdapat sebuah penanda dari semen bertuliskan : “Dengan semangat pengabdian, tanggung jawab, dan kebersamaan untuk menata menhir. Sebagai upaya pelestarian Warisan Budaya Leluhur. Yogyakarta Mei 2012. Oleh : Drs. Bugiswanto, Drs. Gede Adi A., Sunitro SH., V.S. Subandi Komari, Supriyanto, Ant. Sumariyadi Hardiyono SE., Wiwindu S., P. Budi S.”.
Nilai Sejarah : Menhir 04.1.24 Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2, merupakan bukti perkembangan kebudayaan manusia Prasejarah di wilayah Gunungkidul.
Nilai Ilmu Pengetahuan : Menhir 04.1.24 Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2, mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahun khususnya bagi ilmu arkeologi, dan sejarah. Menhir dapat digunakan sebagai obyek kajian tentang rekonstruksi budaya masa lampau manusia pada zaman Prasejarah sebelum mengenal agama.
Nilai Pendidikan : Menhir merupakan bukti konkret hasil karya peradaban Masa Prasejarah di Indonesia, yang dapat digunakan sebagai objek pembelajaran bagi masyarakat khususnya ilmu Arkeologi, sejarah, dan budaya.
Nilai Budaya : Dari segi kebudayaan, eksistensi Menhir tersebut membuktikan bahwa Gunungkidul memiliki kebudayaan yang lebih tua sehingga memperkaya khasanah budaya Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. 
Pemilik
Nama Pemilik Terakhir : Milik Negara dengan nomor inventaris D78 (BPCB DIY) atau 04.1.24 (Muse
Pengelolaan
Nama Pengelola : Museum Negeri Sonobudoyo Unit 2
Alamat Pengelola : Jl. Wijilan No. 27 D, Kel. Panembahan, Kec. Kraton, Yogyakarta
Nomer Kontak : (0274)373617
Catatan Khusus : Menhir 04.1.24 didirikan dengan bagian kaki tertanam ke dalam tanah yang ditutup oleh semen cor. Dengan demikian, posisi menhir yang bisa dilihat hanya sebagian yang terletak di atas semen cor tersebut.