Kompleks bangunan SMP N 1 Yogyakarta terdiri atas beberapa bangunan lama dan bangunan baru. Bangunan lama yang termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya meliputi
Dimensi Benda | : |
Panjang Lebar Tinggi Tebal Diameter Berat |
Fungsi Bangunan | : | Sekolah |
Komponen Pelengkap | : |
|
Deskripsi Jendela | : | Fasad depan bangunan memiliki ciri jendela pintu tipe krepyak dan panel kaca di ruang hall. Sedangkan tipe jendela untuk ruang kelas adalah tipe jendela krepyak. Ruang kesenian ini menghadap ke timur dengan model pintu dan jendela panil kaca dan kayu. |
Deskripsi Pintu | : | Jenis pintu dari ruang hall adalah kupu tarung yang terbuat dari panil kaca dengan jendela panil kaca yang menyatu dengan kusen pintu. Bangunan ini memiliki 4 ruang kelas dengan pintu panil kaca berukuran 120 x 270 cm dan jendela dengan ukuran 140 x 60 cm. |
Deskripsi Atap | : | Bangunan utama memiliki atap berbentuk limasan. Bangunan ini memiliki teras yang menjorok ke depan dengan struktur atap berupa atap limasan. Atap limasan pada teras ini membujur barat timur yang bertemu dengan atap limasan memanjang di belakangnya yang membujur utara selatan. Bangunan memiliki atap berbentuk limasan yang di bawahnya terdapat atap teras dengan penutup genteng beton. Di antara atap teras dan limasan terdapat ventilasi udara. Atap teras ditopang dengan tiang kayu dan diantara tiang-tiang kayu tersebut pagar besi. |
Deskripsi Lantai | : | Bagian lantai dari ruangan ini berupa lantai ubin/tegel berukuran 20 x 20 cm warna abu-abu dan variasi warna merah di bagian pinggir. Lantai bangunan kelas berupa keramik berwarna putih dengan ukuran 30 x 30 cm. |
Fungsi Situs | : | Sekolah |
Fungsi | : | Sekolah |
Peristiwa Sejarah | : | Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Yogyakarta dibangun pada masa kolonial Belanda. Dahulu bangunan tersebut merupakan sekolah AMS A (Algemene Middelbare School A). Pada masa pemerintahan Jepang, tepatnya pada 11 September 1942 didirikan SMP Negeri 1 Yogyakarta yang semula menempati gedung bekas Neutralle Mulo (sekarang SMP 8 Yogyakarta). Kemudian sejak tahun 1943, SMP Negeri 1 Yogyakarta menempati gedung bekas AMS A hingga sekarang. SMP Negeri 1 Yogyakarta semula hanya terdiri dari 13 ruang dan saat itu menempati Gedung bekas Neutralle MULO dari penjajah Belanda yang terletak di jalan Jati Yogyakarta (sekarang SMP 8 Yogyakarta). Pada saat itu pula SMP Negeri 1 Yogyakarta terdiri dari bekas siswa-siswi MULO. Guru-gurunya pada umumnya memiliki ijazah HOOFDACTO, HIK atau HKS. Karena negara pada saat itu di bawah kekuasaan Jepang, maka situasi sekolahpun disesuaikan dengan keadaan, antara lain: 1. Setiap pagi upacara bendera (Bendera Jepang atau Bendera Dai Nippon) dengan menyanyikan lagu "KIMIGAYO" disertai kewajiban SEIKEREI sebagai tanda penghormatan kepada Kaisar Jepang. 2. Setiap pagi siswa diwajibkan gerak badan ala Jepang (TAISO) atau senam pagi 3. Siswa diwajibkan kerja bakti dan latihan perang atau kyoren, dan melaksanakan "KIN ROHOSI" Pada tahun 1943, SMP Negeri 1 Yogyakarta pindah ke Jalan Cik Di Tiro No. 25 (sekarang No.29) Yogyakarta yaitu bekas gedung AMS A di zaman Belanda. Pada tahun 1944 diadakan pemisahan, untuk siswa putra di SMP Negeri 1 Yogykarta, sedangkan untuk siswa putri mempergunakan Gedung Kota Baru (sekarang SMA Stella Duce), tetapi kemudian kedua SMP tersebut bergabung kembali menjadi SMP campuran. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, namum tentara Belanda dan Inggris ingin menguasai kembali, tetapi para pemuda Indonesia tidak sudi dijajah lagi. Untuk itu para siswa SMP Negeri 1 Yogyakarta khususnya siswa kelas III terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah untuk sementara demi mempertahankan kemerdekaan RI. Korban pertempuran Kota Baru yaitu merebut markas Tentara Jepang dari siswa SMP Negeri 1 Yogyakarta ada 2 orang, yaitu Djohar Nuradi dan Wardani. Keduanya dimakamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan) Kusumanegara. Pada saat peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965, membawa perubahan terhadap perjalanan pendidikan dan menimbulkan malapetaka yang sangat hebat bagi bangsa dan negara yang baru berjalan, terbukti tahun ajaran pada saat itu diperpanjang, seharusnya mulai 1 Agustus di undur menjadi 1 Januari. Siswa, Guru dipecah dan diadu domba, namun SMP Negeri 1 selamat dari ancaman bahaya tersebut |
Nilai Sejarah | : | Bangunan Gedung SMP Negeri 1 Yogyakarta yang didirikan oleh pemerintahan Kolonial Jepang pada tahun 1942 menjadi bukti sejarah yang penting bagi sejarah pendidikan khususnya sebagai sekolah menengah pertama (SMP) di Daerah Istimewa Yogyakarta. |
Nilai Ilmu Pengetahuan | : | Bangunan Gedung SMP Negeri 1 Yogyakarta memiliki arti khusus ilmu pengetahuan yakni memiliki keunikan arsitektur yang berguna bagi obyek pembelajaran terutama ilmu arsitektur, sipil, dan sejarah terutama terkait dengan sejarah pendidikan. |
Nilai Pendidikan | : | Bagi Pendidikan, sudah jelas bahwa kebaradaan Bangunan Gedung SMP Negeri 1 Yogyakarta telah berhasil mengentaskan masyarakat khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta mengenyam pendidikan menengah tingkat pertama. Keberadaan sekolah ini sebagai tempat pendidikan formal telah merubah sistem nilai dan budaya yang berkembang di masyarakat pada umumnya serta membawa dampak positif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan budaya. |
Nama Pemilik Terakhir | : | Pemerintah Kota Yogyakarta |
Nama Pengelola | : | Pemerintah Kota Yogyakarta |
Catatan Khusus | : | Menerima Penghargaan Pelestari Cagar Budaya Tahun 2011 |